Rupiah Menguat Akibat Pernyataan Trump yang Picu Persepsi Negatif Pasar
Nilai tukar rupiah menguat signifikan seiring melemahnya dolar AS akibat pernyataan Presiden AS Donald Trump yang dinilai pasar sebagai intervensi negatif terhadap The Fed.
Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, memprediksi penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Hal ini disebabkan oleh persepsi negatif pasar terhadap pernyataan kontroversial Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang mendesak The Fed untuk memangkas suku bunga acuan. Pernyataan Trump dianggap sebagai intervensi yang berpotensi merugikan perekonomian AS.
Pernyataan tersebut disampaikan Trump melalui media sosial Truth Social pada 17 April 2025, dengan unggahan yang berbunyi "Powell’s termination cannot come fast enough!", yang menunjukkan keinginannya agar Ketua The Fed, Jerome Powell, segera diberhentikan dari jabatannya. Berbagai media internasional juga melaporkan pernyataan Trump kepada wartawan, "Saya tidak senang dengan dia (Powell). Saya membuat dia mengetahuinya."
Ketidaksenangan Trump terhadap Powell dilatarbelakangi oleh penilaian suram Powell terhadap prospek ekonomi AS pasca-kenaikan tarif besar-besaran yang diterapkan Trump sejak 3 April 2025. Trump beberapa kali mendesak penurunan suku bunga, namun Powell meminta "kejelasan yang lebih besar" terkait dampak kebijakan tarif tersebut sebelum mengambil tindakan. Pelemahan dolar AS, yang tertekan kenaikan harga barang konsumsi akibat kenaikan tarif, juga turut berkontribusi pada penguatan rupiah.
Persepsi Pasar dan Dampaknya terhadap Rupiah
Persepsi negatif pasar terhadap pernyataan Trump menjadi katalis utama penguatan rupiah. Pasar merespon pernyataan tersebut sebagai ketidakstabilan politik ekonomi AS yang berdampak pada pelemahan dolar AS. Hal ini memberikan ruang bagi mata uang negara lain, termasuk rupiah, untuk menguat.
Ariston Tjendra memperkirakan potensi penguatan rupiah hingga Rp16.700 per dolar AS, dengan resisten di kisaran Rp16.830. Ia juga mencatat penguatan nilai tukar regional terhadap dolar AS pagi ini, yang turut mendukung penguatan rupiah.
Indeks dolar AS pagi ini tercatat lebih rendah dibandingkan pekan lalu, berada di kisaran 98 dibandingkan di atas 99 sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan pelemahan dolar AS di pasar internasional.
Penguatan Rupiah di Pasar
Pada pembukaan perdagangan Senin pagi di Jakarta, nilai tukar rupiah menguat 46 poin atau 0,27 persen, mencapai Rp16.831 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp16.877 per dolar AS. Penguatan ini mencerminkan dampak langsung dari persepsi negatif pasar terhadap pernyataan Trump dan pelemahan dolar AS di pasar global.
Penguatan rupiah ini menunjukkan respon pasar terhadap ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh pernyataan kontroversial Presiden AS. Ke depannya, perkembangan situasi politik dan ekonomi AS akan tetap menjadi faktor penting yang mempengaruhi nilai tukar rupiah.
Secara keseluruhan, penguatan rupiah ini menjadi indikator penting bagi perekonomian Indonesia. Namun, perlu diwaspadai potensi volatilitas nilai tukar yang dapat terjadi sewaktu-waktu karena faktor-faktor global yang dinamis.
Meskipun terjadi penguatan, para pelaku pasar tetap harus memonitor perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter AS untuk mengantisipasi fluktuasi nilai tukar rupiah di masa mendatang.