Sentimen Negatif Domestik Picu Pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS
Pelemahan rupiah terhadap dolar AS diperkirakan berlanjut akibat sentimen negatif domestik, dipicu oleh penurunan IHSG dan kekhawatiran investor terhadap pertumbuhan ekonomi serta isu kabinet.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi melemah. Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengungkapkan sentimen negatif domestik sebagai penyebab utama pelemahan ini. Hal ini terjadi di tengah antisipasi investor terhadap hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) dan dampaknya terhadap pasar ekuitas.
Pada Rabu, 19 Maret 2024, rupiah dibuka melemah 87 poin (0,53 persen) di angka Rp16.515 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.428 per dolar AS. Lukman menjelaskan bahwa investor tengah mencermati pernyataan BI terkait sentimen risk off yang memicu aksi sell off di pasar saham domestik, yang pada akhirnya menyeret nilai tukar rupiah.
Pelemahan ini juga berkaitan erat dengan peristiwa pembekuan sementara perdagangan (trading halt) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, 18 Maret 2024, pukul 11:19:31 WIB. Pembekuan ini dipicu oleh penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai lebih dari 5 persen, sebuah indikator yang cukup signifikan dari ketidakstabilan pasar.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelemahan Rupiah
Lukman Leong menjabarkan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap penurunan IHSG dan pelemahan rupiah. Kekhawatiran investor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu faktor utama. Defisit anggaran negara juga turut menambah sentimen negatif di pasar. Penurunan peringkat saham beberapa perusahaan serta isu pengunduran Menteri Keuangan Sri Mulyani juga ikut memperburuk situasi.
Selain faktor domestik, kekuatan dolar AS juga berperan penting. Data manufaktur dan perumahan AS yang lebih baik dari perkiraan telah memperkuat dolar AS di pasar internasional. Data tersebut menunjukkan pembangunan perumahan AS naik 1,5 juta (melebihi perkiraan 1,38 juta), izin perumahan mencapai 1,456 juta (melebihi ekspektasi 1,450 juta), produksi industri naik 0,7 persen (melebihi prediksi 0,2 persen), dan sektor manufaktur naik 0,9 persen (melebihi dugaan 0,3 persen).
Meskipun penguatan Euro setelah parlemen Jerman menyetujui kenaikan belanja negara sempat menekan indeks dolar AS, Lukman menekankan bahwa dolar AS secara keseluruhan tetap kuat berkat data ekonomi AS yang positif. Kondisi ini, dikombinasikan dengan sentimen domestik yang lemah akibat aksi sell off di pasar ekuitas, semakin memperlemah rupiah.
“Investor menantikan hasil dan pernyataan dari Rapat Dewan Gubernur BI (Bank Indonesia) sore ini yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga, namun investor lebih mengantisipasi pernyataan BI seputar sentimen risk off yang menyebabkan sell off di pasar ekuitas domestik yang menyeret rupiah,” ujar Lukman Leong.
Perkiraan Kurs Rupiah
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Lukman memperkirakan kurs rupiah akan berada di kisaran Rp16.400-Rp16.550 per dolar AS dalam waktu dekat. Pernyataan ini memberikan gambaran tentang potensi pelemahan rupiah yang masih akan berlanjut.
Situasi ini tentunya perlu dipantau secara ketat oleh pemerintah dan Bank Indonesia. Langkah-langkah strategis diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mengurangi dampak negatif dari sentimen domestik yang kurang kondusif bagi perekonomian Indonesia.
Kondisi ekonomi global yang dinamis dan ketidakpastian politik dalam negeri menjadi tantangan tersendiri bagi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang tepat dan responsif untuk menghadapi fluktuasi nilai tukar rupiah dan menjaga kepercayaan investor.