Sri Mulyani: Indonesia Tetap Netral di Tengah Ketegangan AS-China, Daya Tawar Tetap Terjaga
Menkeu Sri Mulyani memastikan posisi Indonesia tetap netral di tengah konflik AS-China, mendukung daya tawar Indonesia yang baik berkat kinerja ekonomi yang solid.
Jakarta, 24 April 2024 - Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati, menegaskan bahwa Indonesia mempertahankan posisi netral di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China akibat penerapan tarif timbal balik. Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers daring Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Indonesia, sebagai negara terbesar di ASEAN, berhasil menjaga hubungan baik dengan AS dan China, sehingga posisi netralitas ini memberikan daya tawar yang signifikan dalam dinamika geopolitik global.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa Indonesia telah melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan China. Dalam pertemuan tersebut, Indonesia menekankan pentingnya memperkuat hubungan bilateral. Menanggapi hal ini, Menteri Keuangan China mengundang Indonesia untuk berkunjung ke Beijing. AS juga menyatakan keinginan untuk terus meningkatkan hubungan erat dengan Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia berhasil menjaga keseimbangan hubungan dengan kedua kekuatan ekonomi terbesar dunia.
Keberhasilan Indonesia menjaga netralitas dan hubungan baik dengan AS dan China turut didukung oleh kinerja ekonomi domestik yang stabil. Sri Mulyani optimistis bahwa kinerja ekonomi yang baik ini akan menjadi modal berharga bagi Indonesia dalam menghadapi situasi global yang dinamis dan penuh ketidakpastian. Dengan demikian, Indonesia memiliki posisi tawar yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi internasional.
Indonesia Jaga Komunikasi dengan AS dan China
Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Mari Elka Pangestu, sebelumnya menyarankan pemerintah untuk melakukan negosiasi dengan China sebagai respons terhadap kebijakan tarif yang diterapkan Presiden AS Donald Trump. Mari Elka menekankan pentingnya diplomasi dan keterlibatan yang proaktif tidak hanya dengan AS, tetapi juga dengan China, mengingat China akan menghadapi AS dan secara bersamaan berupaya membangun hubungan dengan ASEAN. "Kita perlu melakukan diplomasi dan forward looking engagement tidak hanya dengan AS, tetapi juga dengan China," kata Mari Elka.
Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmennya untuk menjaga komunikasi yang intensif dengan berbagai pihak. Tim dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terus melakukan diskusi teknis dengan Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR). Indonesia dan USTR sepakat untuk segera membahas negosiasi tarif secara intensif dan menyiapkan kerangka kerja sama dalam waktu 60 hari ke depan. Selain itu, komunikasi juga dijaga dengan pelaku usaha AS, seperti The United States – Indonesia Society (USINDO) dan Kamar Dagang Amerika Serikat (US Chamber of Commerce).
Menkeu Sri Mulyani dijadwalkan bertemu dengan US Treasury Secretary Scott Bessent. Pertemuan ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam menjaga hubungan bilateral yang baik dengan AS. Selain itu, Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN juga akan bertemu dengan Managing Director IMF untuk membahas dampak kebijakan tarif AS. Indonesia menjalankan negosiasi dengan pendekatan aktif, menyampaikan komitmen dan langkah-langkah kebijakan domestik yang relevan.
Strategi Negosiasi Indonesia di Tengah Ketegangan AS-China
Dalam menghadapi ketegangan AS-China, Indonesia menerapkan strategi negosiasi yang aktif dan proaktif. Hal ini tercermin dari berbagai upaya diplomasi yang dilakukan pemerintah, baik dengan pemerintah AS maupun China. Indonesia berupaya menjaga keseimbangan hubungan dengan kedua negara sekaligus menjaga kepentingan nasional. Komunikasi yang intensif dengan berbagai pihak, termasuk pelaku usaha, juga menjadi bagian penting dari strategi ini.
Kinerja ekonomi Indonesia yang solid menjadi faktor kunci yang mendukung daya tawar Indonesia dalam negosiasi internasional. Stabilitas ekonomi domestik memberikan Indonesia posisi yang lebih kuat dalam menghadapi tekanan eksternal. Dengan demikian, Indonesia dapat menjalankan negosiasi dengan lebih percaya diri dan mencapai hasil yang menguntungkan bagi negara.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terus memantau perkembangan situasi global dan menyesuaikan strategi kebijakan sesuai kebutuhan. Prioritas utama adalah menjaga stabilitas ekonomi domestik dan melindungi kepentingan nasional di tengah ketidakpastian global. Dengan strategi yang tepat dan kinerja ekonomi yang kuat, Indonesia diharapkan dapat melewati tantangan ini dengan baik.
Sri Mulyani menambahkan, "Indonesia, baik dalam ASEAN sebagai negara terbesar maupun hubungan dengan AS dan China yang sedang mengalami eskalasi tensi, kita tetap dalam posisi yang cukup netral, dihormati, dan diperhitungkan. Ini merupakan daya tawar yang baik yang harus kita jaga." Pernyataan ini menegaskan komitmen Indonesia untuk menjaga netralitas dan memperkuat posisi tawar di tengah dinamika geopolitik global.