Sukses Program KB Indonesia, Jadi Acuan Pakistan
Kemudahan akses kontrasepsi dalam program KB Indonesia mendapat apresiasi Pakistan dan menjadi contoh baik dalam pengendalian jumlah penduduk.
Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Wamendukbangga)/Wakil Kepala BKKBN, Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, menyatakan bahwa kemudahan akses kontrasepsi dalam program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia telah menjadi contoh yang baik bagi Pakistan. Hal ini disampaikan dalam kegiatan 'Berbagi Pengetahuan dan Pengalaman tentang Program KB' bersama Delegasi Pakistan di Kantor Kemendukbangga, Jakarta, Jumat (25/4).
Menurut Wamendukbangga, keberhasilan program KB di Indonesia merupakan hasil kerja sama berbagai pihak, terutama para kader lapangan. Indonesia juga telah berhasil menjalankan program KB pascapersalinan, yang mendapatkan apresiasi tinggi dari Pakistan. Keberhasilan ini, menurutnya, merupakan bukti nyata komitmen Indonesia dalam mendukung program keluarga berencana.
Wamendukbangga menekankan pentingnya peran kader lapangan dalam keberhasilan program KB di Indonesia. Mereka berperan penting dalam memberikan edukasi dan akses kontrasepsi kepada masyarakat. Program ini juga telah berhasil menurunkan angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) menjadi 2,1, angka yang stabil dan terjaga.
Pengendalian Angka Kelahiran dan Kerja Sama Indonesia-Pakistan
Indonesia telah berhasil mempertahankan angka TFR di angka 2,1 pada tahun 2024 (2,11). Dengan jumlah penduduk sekitar 285 juta jiwa, angka TFR ini menunjukkan bahwa setiap perempuan Indonesia rata-rata memiliki 2,1 anak. Keberhasilan ini menjadi pengalaman berharga yang akan diadopsi Pakistan untuk mengendalikan jumlah penduduknya.
Kerja sama Indonesia-Pakistan dalam Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular, yang berlangsung selama kurang lebih satu minggu, difokuskan pada peningkatan pelayanan kesehatan, termasuk KB. Delegasi Pakistan mengamati langsung kinerja petugas dan kader lapangan Indonesia, termasuk program-program di posyandu dan Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT).
Wamendukbangga menjelaskan bahwa program-program tersebut telah berjalan lama dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Pengalaman ini dinilai sangat berharga bagi delegasi Pakistan dalam mengembangkan program KB di negara mereka.
Nilai Budaya dan Agama sebagai Fondasi Program KB
Indonesia dan Pakistan memiliki kesamaan nilai budaya dan agama, yang dapat menjadi fondasi kuat untuk keberhasilan program KB di kedua negara. Wamendukbangga menekankan pentingnya mempertimbangkan norma-norma dan nilai-nilai budaya dalam perencanaan pembangunan keluarga.
Peran pemuka agama di tingkat lokal juga sangat penting untuk keberhasilan program KB. Mereka dapat membantu mensosialisasikan program KB kepada masyarakat dan menghilangkan kesalahpahaman atau stigma negatif terkait KB.
Dengan memperhatikan aspek budaya dan agama, program KB dapat diterima lebih baik oleh masyarakat dan mencapai tujuannya secara efektif. Hal ini menjadi kunci keberhasilan program KB di Indonesia yang kini menjadi contoh bagi negara lain, termasuk Pakistan.
Kesimpulannya, keberhasilan Indonesia dalam program KB, khususnya dalam hal kemudahan akses kontrasepsi dan peran aktif kader lapangan, menjadi inspirasi bagi Pakistan. Kerja sama kedua negara diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana di kedua negara, dengan mempertimbangkan nilai-nilai budaya dan agama masing-masing.