Surabaya Siap Terapkan Deep Learning di Sekolah, Tantangan Guru Inklusi Masih Ada
Pemkot Surabaya siap terapkan metode pembelajaran deep learning di sekolah, meskipun masih menunggu juknis dari Kemdikdasmen dan menghadapi tantangan kekurangan guru inklusi.
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyatakan kesiapannya menerapkan metode pembelajaran mendalam atau deep learning di sekolah-sekolah, sejalan dengan rencana Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) RI. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Putri Aisyah Mahanani, di Surabaya, Minggu (23/2). Penerapan deep learning ini diyakini akan meningkatkan kualitas pendidikan di Surabaya.
Konsep deep learning sebenarnya telah diterapkan di Surabaya melalui program Sekolahe Arek Suroboyo, yang menggabungkan Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyful Learning. Program ini menekankan pembelajaran yang aman, kreatif, edukatif, dan bergotong royong, melibatkan kolaborasi antara orang tua, sekolah, dan masyarakat. "Kegotong-royongan itu adalah kolaborasi antara orang tua, sekolah, dan masyarakat untuk menciptakan anak-anak yang berkualitas," ujar Putri Aisyah.
Meskipun demikian, Dispendik Surabaya masih menunggu petunjuk teknis (juknis) dari Kemdikdasmen untuk pelaksanaan deep learning secara nasional. "Cuma kan memang nanti ada misalnya Kemdikdasmen minta lebih dalam lagi, tinggal kita menambahkan apa. Cuma secara garis besar intinya sama," ucapnya. Kesuksesan penerapan deep learning di Surabaya sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur dan sumber daya manusia.
Kesediaan Tenaga Pendidik dan Tantangan yang Dihadapi
Putri Aisyah memastikan bahwa guru-guru di Surabaya telah mengikuti pelatihan yang relevan. Namun, kekurangan guru inklusi menjadi tantangan utama. "Kemarin kita menambahkan pelatihan bagi guru inklusi karena semua sekolah negeri wajib menerima anak inklusi. Tujuannya agar mereka merasa nyaman dan bisa berbaur dengan anak normal, serta anak normal bisa memiliki empati lebih besar," tuturnya. Pemenuhan kebutuhan guru inklusi menjadi prioritas untuk memastikan keberhasilan program inklusi.
Pemkot Surabaya hanya mengandalkan perekrutan melalui Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) untuk mengatasi kekurangan guru. "Kita tidak bisa menambah jumlah guru selain melalui CPNS dan PPPK, akhirnya kita melatih guru-guru yang ada agar lebih siap menangani anak-anak istimewa," katanya. Strategi ini memerlukan waktu dan perencanaan yang matang untuk mencapai jumlah guru yang ideal.
Terkait sekolah percontohan untuk deep learning, Putri Aisyah menyatakan masih menunggu arahan dari pemerintah pusat. "Kalau kita menunggu Juknisnya, semua masih menunggu, termasuk terkait penerimaan murid baru. Namun, pada intinya kami mendukung kebijakan ini," ucapnya. Dukungan penuh dari Pemkot Surabaya terhadap kebijakan ini menunjukkan komitmen mereka terhadap peningkatan kualitas pendidikan.
Kebutuhan Tambahan Kuota Guru dan Harapan ke Depan
Pemkot Surabaya berharap pemerintah pusat menambah kuota guru. Setiap tahun, sekitar 300 guru SD-SMP di Surabaya pensiun, jumlah ini seringkali tidak sebanding dengan jumlah guru baru yang direkrut. "Walaupun ada PPPK, sebagian besar hanya mengganti status dari Guru Tidak Tetap (GTT) menjadi PPPK, bukan menambah jumlah guru baru," katanya. Pergantian guru yang pensiun perlu diimbangi dengan jumlah guru baru yang memadai.
Oleh karena itu, Pemkot Surabaya berharap agar jumlah guru yang pensiun dapat segera digantikan, bahkan lebih. Kebutuhan akan tenaga pendidik khusus, seperti Guru Pendamping Khusus (GPK) untuk anak inklusi, juga menjadi perhatian utama. "Harapan kita sejumlah yang keluar (pensiun) minimal ya masuknya sejumlah itu. Dan ada spesifikasi khusus, misalnya Guru Pendamping Khusus (GPK) benar-benar untuk anak-anak inklusi," katanya. Pemenuhan kebutuhan guru ini sangat penting untuk menunjang keberhasilan program deep learning.
Penerapan deep learning di Surabaya merupakan langkah maju dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, tantangan seperti kekurangan guru inklusi dan kebutuhan tambahan kuota guru perlu segera diatasi. Kolaborasi antara Pemkot Surabaya dan pemerintah pusat sangat penting untuk memastikan keberhasilan program ini.