Tahukah Anda? Menteri PPPA Tegaskan Ruang Aman dan Waktu Bermain Adalah Hak Anak, Dorong Lestarikan Permainan Tradisional

Menteri PPPA Arifah Fauzi menekankan pentingnya ruang aman dan waktu bermain sebagai hak anak yang harus dipenuhi. Simak bagaimana upaya pemerintah mendorong pemenuhan hak ini dan melestarikan permainan tradisional.

Jakarta – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, menegaskan bahwa penyediaan ruang yang aman, sehat, serta waktu yang cukup bagi anak-anak untuk bermain merupakan hak dasar yang wajib dipenuhi. Pernyataan ini disampaikan dalam rangka memastikan setiap anak Indonesia merasa dihargai, didengar, dan terlindungi, tanpa terkecuali.

Penegasan ini disampaikan oleh Menteri Arifah Fauzi saat melakukan kunjungan ke siswa-siswi SMP Negeri 2 Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, pada Jumat (26/7). Kunjungan tersebut merupakan bagian dari rangkaian perayaan Hari Anak Nasional 2025. Pemerintah hadir untuk menjamin hak anak dalam bermain, belajar, dan tumbuh kembang secara optimal.

Dalam kunjungannya, Menteri Fauzi bersama Wakil Menteri Veronica Tan berinteraksi langsung dengan anak-anak. Mereka terlibat dalam berbagai permainan tradisional, menunjukkan dukungan nyata terhadap pentingnya aktivitas fisik dan sosial bagi anak. Hal ini sekaligus menjadi pengingat bagi seluruh pihak akan tanggung jawab bersama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak.

Menteri PPPA Arifah Fauzi secara konsisten menekankan bahwa Hari Anak Nasional bukan sekadar momen perayaan, melainkan juga kesempatan untuk merefleksikan kembali komitmen dalam pemenuhan hak-hak dasar anak. Penyediaan ruang yang aman dan sehat, serta waktu yang memadai untuk bermain, adalah fondasi penting bagi tumbuh kembang optimal setiap anak. Hak anak ini mencakup dimensi fisik, mental, dan sosial.

Pemerintah, melalui Kementerian PPPA, berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap anak di Indonesia memiliki akses terhadap lingkungan yang kondusif. Lingkungan ini harus bebas dari kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi, sehingga anak dapat mengeksplorasi potensi dirinya tanpa rasa takut. Inisiatif seperti kunjungan ke sekolah-sekolah menjadi salah satu upaya nyata dalam mendekatkan pemerintah dengan realitas kehidupan anak-anak.

Selain itu, Menteri Arifah juga mengingatkan anak-anak untuk rajin belajar dan membatasi waktu penggunaan perangkat elektronik atau screen time. Pembatasan ini bertujuan untuk menjaga kesehatan mata, mencegah ketergantungan, serta mendorong anak-anak untuk lebih aktif berinteraksi di dunia nyata. Keseimbangan antara belajar, bermain, dan berinteraksi sosial sangat krusial bagi perkembangan holistik anak.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Arifah Fauzi mengajak anak-anak untuk melestarikan permainan tradisional sebagai bagian dari warisan budaya bangsa. Beliau menyoroti bahwa di tengah gempuran gawai dan permainan daring, permainan tradisional memiliki nilai-nilai luhur yang dapat membangun karakter dan membentuk kerja sama tim. Permainan tradisional tidak hanya menyenangkan, tetapi juga mendidik.

Menteri Fauzi menjelaskan bahwa meskipun permainan digital dan gawai memiliki manfaat positif jika digunakan secara bijak untuk belajar, penggunaan yang tidak terkontrol dapat berdampak negatif pada perkembangan anak. Oleh karena itu, menghidupkan kembali permainan tradisional dapat menjadi strategi efektif untuk mengurangi ketergantungan anak pada gawai. Ini adalah cara yang menyenangkan untuk membatasi penggunaan gawai yang berlebihan.

Beliau menyarankan agar saat jam istirahat, anak-anak dapat memilih untuk bermain permainan tradisional daripada terpaku pada gawai atau permainan daring. Permainan seperti petak umpet, gobak sodor, atau congklak dapat membangun kebersamaan dan interaksi sosial yang kuat di antara anak-anak. Hal ini juga membantu anak-anak mengembangkan keterampilan motorik dan kognitif mereka secara alami.

• Manfaat Permainan Tradisional:
• Meningkatkan interaksi sosial dan kerja sama tim.
• Mengembangkan keterampilan motorik kasar dan halus.
• Melatih kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.
• Mengurangi waktu layar (screen time) yang berlebihan.
• Memperkenalkan nilai-nilai budaya dan warisan leluhur.