Umat Buddha Rayakan Hari Bumi dengan Aksi Nyata Pelestarian Lingkungan
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kemenag menggelar kegiatan pelestarian lingkungan di Vihara Bhakti Pramuka, Cibubur, sebagai perayaan Hari Bumi, mengimplementasikan ekoteologi dan ajaran Buddha Dhamma.
Umat Buddha di Indonesia memperingati Hari Bumi dengan cara yang unik dan bermakna. Selasa, 22 April 2024, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag) menggelar serangkaian kegiatan pelestarian lingkungan hidup di Komplek Vihara Bhakti Pramuka, Cibubur, Jakarta Timur. Kegiatan ini merupakan wujud nyata dari komitmen umat Buddha dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup, sejalan dengan ajaran agama Buddha yang menekankan pentingnya harmoni antara manusia dan alam.
Acara diawali dengan puja bhakti di Dhammasala Vihara Bhakti Pramuka, menciptakan suasana khusyuk dan spiritual sebelum memulai aksi nyata pelestarian lingkungan. Setelah puja bhakti, rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan penanaman berbagai jenis pohon, sebuah simbol harapan untuk masa depan yang lebih hijau dan lestari. Puncak acara adalah pelaksanaan puja Sukhita Bumi dan pelepasan satwa (fangshen), melambangkan cinta kasih dan penghormatan terhadap semua makhluk hidup.
Dirjen Bimbingan Masyarakat Buddha Kemenag, Supriyadi, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan implementasi program ekoteologi, salah satu dari Delapan Program Prioritas (Asta Protas) Menteri Agama. "Ekoteologi ini menggabungkan konsepsi ekologi dan teologi," ujar Supriyadi. "Hubungan baik bukan hanya antarsesama manusia dengan Tuhan, tetapi juga dengan lingkungan." Beliau menekankan pentingnya mencintai dan merawat lingkungan sebagai bagian integral dari kehidupan beragama.
Implementasi Ekoteologi dan Ajaran Buddha Dhamma
Supriyadi lebih lanjut menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan wujud nyata dari ajaran Buddha Dhamma yang mengajarkan cinta kasih, empati, dan simpati tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada lingkungan. "Mari kita ubah dalam diri kita," ajaknya, "tidak hanya muncul ego ingin menguasai atau memanfaatkan semata dari apa yang tumbuh di permukaan Bumi ini, tapi mari kita ubah agar kita punya rasa empati, simpati, mengasihi, dan menyayangi." Pesan ini menekankan pentingnya pergeseran paradigma dari eksploitasi alam menjadi pelestarian alam.
Kegiatan penanaman pohon simbolis ini bukan hanya sekadar aksi seremonial, melainkan juga upaya konkret untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Berbagai jenis pohon dipilih untuk memastikan keberagaman flora dan optimalisasi penyerapan karbon dioksida. Pelepasan satwa (fangshen) juga memiliki makna mendalam, yaitu untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan menghormati kehidupan semua makhluk.
Puja Sukhita Bumi, doa untuk kesejahteraan bumi, menjadi inti dari kegiatan ini. Doa bersama ini bertujuan untuk memohon berkah dan perlindungan bagi bumi serta memohon kekuatan untuk terus menjaga kelestariannya. Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga spiritual, menggabungkan tindakan nyata dengan doa dan niat tulus.
Partisipasi Aktif Generasi Muda
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Pembimas Buddha pada Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta, Penyelenggara Buddha di wilayah Jakarta Barat, Timur, Utara dan Selatan, para pegawai Ditjen Bimas Buddha, serta perwakilan dari STABN Sriwijaya, STAB Nalanda, dan STAB Maha Prajna. Kehadiran para pemuda dan akademisi Buddhis ini sangat penting, karena menunjukkan komitmen generasi muda dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Partisipasi aktif generasi muda ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai spiritualitas Buddha dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam upaya pelestarian lingkungan. Mereka tidak hanya memahami ajaran agama, tetapi juga mampu menerjemahkannya ke dalam tindakan nyata yang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat.
Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk generasi muda, diharapkan upaya pelestarian lingkungan yang digagas oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kemenag ini dapat terus berlanjut dan memberikan dampak positif yang lebih luas bagi lingkungan hidup di Indonesia.
Kegiatan ini menunjukkan bahwa peringatan Hari Bumi tidak hanya sebatas seremonial, tetapi juga harus diwujudkan dalam aksi nyata untuk menjaga kelestarian lingkungan. Komitmen umat Buddha dalam pelestarian lingkungan ini patut diapresiasi dan diharapkan dapat menginspirasi berbagai pihak untuk turut serta dalam menjaga bumi tercinta.
Melalui kegiatan ini, umat Buddha memberikan contoh nyata bagaimana nilai-nilai spiritual dapat diimplementasikan untuk menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan kehidupan manusia. Semoga semangat ini terus terjaga dan menginspirasi lebih banyak orang untuk turut serta dalam upaya pelestarian lingkungan.