Universalitas Ajaran Buddha: Sendi Kearifan Lokal dan Global, Kata Menag
Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, menekankan pentingnya universalitas ajaran Buddha sebagai fondasi kearifan lokal Indonesia dan dunia, serta mendorong kerukunan antarumat beragama.
Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, baru-baru ini menyatakan bahwa ajaran Buddha yang bersifat universal sangat penting sebagai dasar kearifan lokal Indonesia dan dunia. Pernyataan ini disampaikan dalam Dialog Kerukunan Umat Buddha yang diadakan oleh Ditjen Bimas Buddha di Jakarta pada Jumat, 7 Juli 2023, dengan tema 'Berkumpul Bersama adalah Berkah Mulia'. Kegiatan ini dihadiri oleh 54 lembaga keagamaan Buddha dari Permabudhi dan Walubi.
Menag Nasaruddin menekankan pentingnya menjaga kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Beliau menyatakan, "Jadi, kerukunan antarumat beragama di Indonesia ini perlu kita rawat betul. Sebab, tidak ada kebahagiaan tanpa kerukunan." Dalam dialog tersebut, Menag juga menyampaikan dukungannya terhadap kegiatan-kegiatan dialog keagamaan yang bertujuan untuk menciptakan kedamaian dan pemahaman antarumat beragama.
Lebih lanjut, Menag mengapresiasi ajaran Buddha yang menekankan pada nilai-nilai universal dan egaliter. Beliau melihat Sang Buddha sebagai teladan yang menginspirasi, "Pribadi Sang Buddhis adalah teladan untuk semuanya, membela keluhuran daripadanya, dan orang-orang juga bisa belajar daripada tradisi-tradisi budaya yang sangat-sangat egaliter." Ajaran ini, menurut Menag, mengajarkan untuk membantu siapa pun tanpa membedakan agama, "Tanpa membeda-bedakan agama apa pun, siapapun objek yang perlu dibantu, maka dibantu, tanpa mengistimewakan agamanya," tegas Menag.
Universalitas Ajaran Buddha sebagai Pilar Kerukunan
Dialog Kerukunan Umat Buddha tersebut menjadi wadah bagi berbagai lembaga keagamaan Buddha untuk berdiskusi dan memperkuat komitmen dalam menjaga kerukunan. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, Supriyadi, menyampaikan bahwa kehadiran 54 lembaga keagamaan dari Permabudhi dan Walubi menunjukkan potensi besar umat Buddha dalam membangun kerukunan. "Jadi hari ini, kami mengundang para stakeholder kita, dari berbagai komunitas umat Buddha potensinya banyak sekali, kami laporkan ada 54 lembaga keagamaan baik dari naungan Permabudhi maupun Walubi," jelasnya.
Supriyadi juga menekankan pentingnya menyebarkan nilai-nilai kerukunan, baik di dalam maupun di luar negeri. Ia merencanakan langkah-langkah konkret untuk mencapai tujuan tersebut. "Kami merencanakan untuk bertemu, mengumpulkan para pimpinan Sangha, kemudian para pimpinan lembaga agama, pimpinan pendidikan dan kita akan rumuskan berbagai kegiatan yang akan kita kerjakan secara bersama-sama untuk tujuan yang baik," ujar Supriyadi. Rencana ini menunjukkan komitmen nyata untuk membangun sinergi antar berbagai elemen dalam komunitas Buddha.
Kegiatan dialog ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi kerukunan antarumat beragama lainnya. Dengan menekankan pada nilai-nilai universal yang terkandung dalam ajaran Buddha, diharapkan dapat tercipta kedamaian dan persatuan di tengah keberagaman masyarakat Indonesia. Universalitas ajaran Buddha, yang menekankan pada kasih sayang, welas asih, dan kebijaksanaan, menjadi modal penting dalam membangun masyarakat yang harmonis dan toleran.
Peran Lembaga Keagamaan Buddha dalam Memperkuat Kerukunan
Partisipasi aktif dari 54 lembaga keagamaan Buddha dalam dialog ini menunjukkan komitmen nyata dalam menjaga dan memperkuat kerukunan umat beragama. Kehadiran perwakilan dari Permabudhi dan Walubi menandakan keseriusan dalam membangun sinergi dan kerja sama antar lembaga. Hal ini penting untuk memastikan pesan-pesan kerukunan dapat tersampaikan secara efektif kepada seluruh umat Buddha di Indonesia.
Ke depan, kolaborasi antar lembaga keagamaan Buddha akan semakin penting dalam menghadapi tantangan global. Dengan bersatu, umat Buddha dapat berperan aktif dalam membangun masyarakat yang damai, toleran, dan saling menghormati. Peran lembaga keagamaan tidak hanya sebatas ritual keagamaan, tetapi juga mencakup peran sosial dalam membangun masyarakat yang lebih baik.
Melalui dialog dan kerja sama yang intensif, diharapkan dapat tercipta pemahaman yang lebih baik antar umat beragama. Dengan saling menghargai dan menghormati perbedaan, Indonesia dapat menjadi contoh bagi dunia dalam membangun kerukunan dan perdamaian. Universalitas ajaran Buddha dapat menjadi jembatan untuk mempererat tali persaudaraan antar umat beragama di Indonesia.
Kesimpulannya, pernyataan Menag Nasaruddin Umar mengenai pentingnya universalitas ajaran Buddha sebagai sendi kearifan lokal dan global menjadi sorotan penting. Dukungan aktif dari pemerintah dan peran serta lembaga keagamaan Buddha diharapkan dapat memperkuat kerukunan antarumat beragama di Indonesia dan berkontribusi pada perdamaian dunia.