Xi Jinping Kunjungi Moskow di Tengah Serangan Ukraina
Presiden China Xi Jinping tetap mengunjungi Moskow untuk peringatan 80 tahun kemenangan Uni Soviet atas Nazi, meskipun serangan udara Ukraina terjadi sehari sebelumnya.
Presiden China Xi Jinping telah tiba di Moskow untuk menghadiri parade peringatan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II dan kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman. Kunjungan ini dilakukan meskipun terjadi serangan udara Ukraina terhadap Moskow sehari sebelumnya, yang mengakibatkan penutupan sementara beberapa bandara utama di kota tersebut. Xi Jinping didampingi oleh Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Kepala Staf Komite Sentral Partai Komunis China Cai Qi.
Kunjungan kenegaraan Xi Jinping ini bertujuan untuk memperingati Kemenangan Perang Patriotik Raya. Keberangkatannya ke Moskow hanya berselang sehari setelah serangan pesawat nirawak Ukraina, yang menurut Wali Kota Moskow, telah dicegat sebanyak 19 unit. Meskipun serangan tersebut, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menegaskan posisi konsisten China dalam krisis Ukraina, yaitu mendorong perundingan perdamaian dan mengakhiri konflik. Ia juga menekankan pentingnya menghindari eskalasi ketegangan dan membangun konsensus untuk mencapai perdamaian. Lin Jian juga menambahkan bahwa sebagian besar negara internasional memainkan peran konstruktif dalam penyelesaian politik krisis Ukraina.
Parade Peringatan 80 Tahun Kemenangan Perang Dunia II
Parade besar untuk menandai peringatan 80 tahun kemenangan Uni Soviet dan sekutunya atas Nazi Jerman akan berlangsung pada 9 Mei 2025. Acara ini akan dihadiri oleh sejumlah pemimpin dunia, termasuk Presiden Xi Jinping. Selain itu, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, Presiden Vietnam To Lam, dan pemimpin Belarusia Aleksandr Lukashenko juga dijadwalkan hadir. Pasukan dari 13 negara, termasuk Azerbaijan, Vietnam, China, dan Mesir, akan berpartisipasi dalam parade tersebut.
Lin Jian menyatakan bahwa rakyat China dan berbagai kelompok etnis di negara-negara bekas Uni Soviet telah memberikan kontribusi besar dalam kemenangan Perang Dunia II. Kehadiran China dalam parade ini, menurutnya, menunjukkan penghormatan dan pengingat akan sejarah, serta tekad untuk mempertahankan hasil kemenangan tersebut.
Meskipun demikian, situasi geopolitik tetap tegang. Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyerukan gencatan senjata selama tiga hari mulai 8 Mei, namun ditolak oleh Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut seruan gencatan senjata Rusia sebagai 'sandiwara', dan sebaliknya mendorong gencatan senjata selama 30 hari untuk menghentikan serangan terhadap sasaran sipil.
Reaksi Ukraina dan Serangan Balasan
Ukraina telah menyatakan keprihatinan atas kunjungan Xi Jinping ke Moskow, bahkan menyerukan agar negara-negara asing menahan diri untuk berpartisipasi dalam parade militer di Moskow. Mereka menganggap keikutsertaan dalam acara tersebut sebagai penghinaan terhadap kenangan kemenangan atas Nazisme dan pengorbanan tentara Ukraina. Sementara itu, serangan udara Rusia dilaporkan telah menewaskan empat orang dan melukai sedikitnya 24 lainnya di kota Sumy, Kharkiv, dan Odesa. Ukraina mengklaim telah menjatuhkan 54 pesawat nirawak Rusia.
Zelensky juga dilaporkan mengatakan bahwa Ukraina tidak dapat menjamin keselamatan siapa pun yang bepergian ke Moskow pada pekan ini. Situasi ini menunjukkan kompleksitas hubungan internasional dan tantangan dalam mencapai perdamaian di tengah konflik yang sedang berlangsung.
Kehadiran Xi Jinping di Moskow di tengah situasi yang tegang ini menjadi sorotan dunia. Kunjungan tersebut akan menjadi ujian bagi hubungan diplomatik antara China dan Rusia, serta peran China dalam upaya penyelesaian konflik Ukraina.
Peristiwa ini menunjukkan betapa rumitnya situasi geopolitik saat ini, di mana peringatan sejarah bercampur dengan konflik modern yang sedang berlangsung. Perbedaan pandangan antara Rusia dan Ukraina, serta sikap negara-negara lain seperti China, akan terus membentuk dinamika hubungan internasional dalam waktu mendatang.