Fakta Mengejutkan: Cakupan Pemberian ASI Nasional di Indonesia Masih Rendah, IDAI Ungkap Berbagai Inisiatif
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyoroti rendahnya cakupan Pemberian ASI Nasional dan mengusulkan beragam inisiatif dari pemerintah hingga masyarakat untuk meningkatkannya.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyoroti pentingnya peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara nasional. Ketua Satuan Tugas ASI IDAI, Dr. dr. Naomi Esthernita F.D., Subsp.Neo(K), mengungkapkan berbagai inisiatif yang dapat dilakukan. Hal ini disampaikan bertepatan dengan momen Pekan Menyusui Sedunia.
Inisiatif tersebut mencakup peran pemerintah, tenaga kesehatan, media massa, hingga masyarakat luas. Langkah ini krusial mengingat cakupan ASI eksklusif di Indonesia masih belum optimal. Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2022 menunjukkan angka 52,5 persen.
Angka tersebut jauh di bawah target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang menargetkan lebih dari 70 persen. Oleh karena itu, berbagai pihak diharapkan bersinergi untuk mencapai target tersebut. Peningkatan Pemberian ASI Nasional menjadi prioritas utama.
Peran Krusial Pemerintah dalam Peningkatan ASI Nasional
Pemerintah memegang peran sentral dalam meningkatkan cakupan Pemberian ASI Nasional melalui kebijakan pro-ibu menyusui. Dr. Naomi menekankan pentingnya regulasi cuti melahirkan yang memadai, idealnya hingga enam bulan. Selain itu, penegakan kode internasional terkait pemasaran produk pengganti ASI juga harus diperketat.
Penyediaan fasilitas ruang laktasi yang memadai di tempat kerja dan ruang publik juga menjadi inisiatif penting. Fasilitas ini membantu ibu menjaga ritme kerja dan menyusui setelah cuti melahirkan. Ketiadaan tempat memerah ASI dapat menyebabkan putusnya pemberian ASI eksklusif.
Kondisi tersebut berisiko membuat anak lebih mudah sakit, yang pada akhirnya merugikan produktivitas ibu pekerja. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengambil langkah tegas dalam menegaskan kebijakan yang berpihak pada ibu menyusui. Dukungan ini esensial untuk kesehatan ibu dan anak.
Dukungan Masyarakat dan Media Massa untuk Ibu Menyusui
Masyarakat umum juga memiliki peran signifikan dalam mendukung peningkatan Pemberian ASI Nasional. Dr. Naomi menggarisbawahi pentingnya masyarakat menerima edukasi yang sama dengan ibu menyusui. Lingkungan keluarga dan pertemanan harus memberikan dukungan emosional.
Dukungan tersebut krusial agar ibu memiliki kepercayaan diri saat menyusui bayinya. Solidaritas komunitas yang mendukung ibu dan bayi sangat penting. Menyusui bukan hanya tugas ibu, melainkan tanggung jawab bersama seluruh pihak.
Media massa juga berperan besar dalam kampanye menyusui berbasis bukti. Mereka harus memastikan informasi yang beredar akurat dan berimbang. Media dapat mencegah praktik promosi produk pengganti ASI yang mengaburkan fakta manfaat ASI. Informasi berbasis fakta akan membantu orang tua membuat keputusan tepat.
Inisiatif Tenaga Kesehatan sebagai Garda Terdepan Edukasi ASI
Tenaga kesehatan adalah garda terdepan dalam mengedukasi masyarakat dan ibu menyusui. Edukasi tentang menyusui harus dilakukan secara berkesinambungan. Proses ini sebaiknya dimulai sejak masa kehamilan (antenatal), bukan hanya setelah ibu melahirkan.
Pemberian bekal pengetahuan sejak dini sangat penting. Ibu perlu memahami bahwa ASI mungkin belum keluar pada hari pertama melahirkan. Ini adalah proses fisiologis yang normal, dan bayi harus tetap disusui. Tindakan ini merangsang hormon produksi ASI.
Sesuai panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tenaga kesehatan harus memberikan dukungan edukasi pada berbagai momen. Momen tersebut meliputi saat kehamilan, setelah melahirkan, saat pemberian MPASI, dan ketika ibu kembali bekerja. Edukasi yang konsisten akan memaksimalkan Pemberian ASI Nasional.