Kolaborasi Kunci Sukses Adopsi AI di Rumah Sakit: Kemenkes Pastikan Keamanan Data Pasien
Kementerian Kesehatan menegaskan kolaborasi adalah kunci utama keberhasilan adopsi AI di rumah sakit, memastikan keamanan data pasien dan percepatan diagnosis.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menekankan pentingnya kolaborasi sebagai kunci utama keberhasilan adopsi kecerdasan buatan (AI) di rumah sakit. Hal ini disampaikan dalam temu media di Jakarta pada Rabu, 23 Juli, menyoroti perlunya adaptasi teknologi secara menyeluruh. Inisiatif ini bertujuan untuk memastikan teknologi AI dapat terintegrasi dengan aman dan efektif dalam sistem pelayanan kesehatan nasional.
Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan Kemenkes, Setiaji, menegaskan bahwa aspek keamanan menjadi prioritas utama dalam implementasi AI. Keamanan tidak hanya mencakup klinis pasien, tetapi juga perlindungan data pribadi yang ketat. Pemerintah terus berupaya memastikan standar penggunaan AI di semua sektor, termasuk kesehatan, melalui koordinasi intensif dengan rumah sakit di seluruh Tanah Air.
Penggunaan AI dalam ranah Kemenkes dipantau secara ketat untuk menjamin dampaknya aman bagi pasien. Teknologi ini diharapkan dapat mempercepat diagnosis penyakit dan penentuan tindakan medis, selalu berpedoman pada aturan yang berlaku. Di samping itu, pemerintah juga berupaya mewadahi inovator untuk mengembangkan platform AI yang lebih baik dan aman dari penyalahgunaan data.
Keamanan Data dan Regulasi AI di Sektor Kesehatan
Setiaji menjelaskan bahwa keamanan dalam konteks kesehatan melibatkan aspek klinis dan perlindungan data pribadi pasien. Oleh karena itu, Kemenkes tidak hanya fokus pada keamanan teknologi, tetapi juga pada integritas informasi sensitif. Upaya ini penting untuk mencegah potensi kerugian akibat penyalahgunaan data oleh pihak tidak bertanggung jawab.
Pemerintah secara aktif memastikan standar dan keamanan penggunaan AI di berbagai sektor, termasuk kesehatan. Ini dilakukan melalui koordinasi dan penguatan komunikasi yang berkelanjutan dengan seluruh rumah sakit di Indonesia. Tujuannya adalah menciptakan ekosistem AI yang terpercaya dan terregulasi dengan baik, mendukung inovasi tanpa mengorbankan privasi.
Konsep "centralizer AI" dikembangkan untuk mengatasi kekhawatiran terkait keamanan data. Dengan pendekatan ini, pengujian AI dilakukan di satu tempat menggunakan data yang tidak berpindah-pindah. Hal ini memungkinkan inovator untuk mengembangkan solusi AI secara aman dan teratur, sekaligus mempermudah proses regulasi dan pengawasan oleh pihak berwenang.
Tantangan dan Adaptasi Teknologi AI di Rumah Sakit
Direktur Utama Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita, Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP(K), MARS, menyatakan bahwa adopsi teknologi AI adalah keniscayaan di masa depan. Meskipun demikian, ia menekankan pentingnya proses adaptasi yang cermat. Tidak semua produk AI dapat diterima sepenuhnya di Indonesia, sehingga penyesuaian menjadi krusial.
Menurut Iwan, AI berfungsi sebagai alat bantu yang manfaatnya harus diserap untuk meningkatkan layanan kesehatan. Namun, ia mengingatkan agar pihak rumah sakit tidak mengadopsi teknologi ini secara mentah-mentah. Proses validasi dan penyesuaian dengan kebutuhan lokal sangat diperlukan agar implementasi AI dapat berjalan optimal dan relevan.
Kementerian Kesehatan telah membentuk komite nasional khusus untuk mengawasi penggunaan AI di sektor kesehatan. Komite ini bertanggung jawab untuk melakukan validasi internal dan memastikan kesesuaian penerapan AI di Indonesia. Tujuannya adalah memastikan bahwa teknologi ini benar-benar menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat Indonesia.
Pentingnya Kolaborasi dalam Pengembangan AI Medis
Presiden Direktur Mandaya Hospital Group, dr. Benedictus Reinaldo Widaja, MBChB (UK), menyoroti banyaknya ragam kecerdasan buatan yang tersedia saat ini. Kondisi ini seringkali membuat pihak rumah sakit bingung dalam menentukan pilihan AI yang paling berkelanjutan dan sesuai. Pemilihan yang tepat sangat penting untuk mendukung kemajuan layanan kesehatan.
Benedictus sangat setuju bahwa kolaborasi adalah elemen paling krusial untuk mempercepat adopsi teknologi AI. Melalui kolaborasi, semua pihak dapat membangun jaringan yang kuat untuk mengevaluasi sistem secara bersama-sama. Ini juga memfasilitasi pertukaran pandangan dan pengalaman terkait perkembangan kecerdasan buatan di Indonesia.
Kolaborasi memungkinkan rumah sakit untuk berbagi sumber daya dan keahlian, terutama dalam hal infrastruktur teknologi seperti Unit Pemrosesan Grafis (GPU). Benedictus menyatakan kesiapan Mandaya Hospital Group untuk berkolaborasi dan mencoba solusi AI bersama. Pendekatan ini diharapkan dapat mendorong inovasi dan memastikan adopsi AI yang lebih efektif di seluruh fasilitas kesehatan.