Pameran 'The World of Happiness' di Purbalingga: Menguak Makna Kebahagiaan dalam Seni Lukis
Pameran 'The World of Happiness' di Purbalingga menampilkan puluhan karya seniman lokal yang memaknai kebahagiaan dalam seni lukis. Temukan inspirasi di setiap goresan!
Cahaya pagi yang menembus kaca lobi hotel menjadi saksi bisu dimulainya sebuah perhelatan seni yang sarat makna. Puluhan kanvas berjajar rapi, menampilkan goresan tangan sembilan seniman lokal dan satu mahasiswi Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Mereka bersatu dalam pameran bertajuk "The World of Happiness", yang diselenggarakan oleh Kie Art Project bekerja sama dengan Braling Grand Hotel, Purbalingga, Jawa Tengah.
Pameran ini resmi dibuka pada Minggu (10/8) dan akan berlangsung selama sepekan penuh, mengubah lobi hotel menjadi galeri seni yang hidup. Lebih dari sekadar ajang pamer karya, kegiatan ini merupakan perayaan rasa syukur dan refleksi mendalam tentang makna kebahagiaan. Setiap lukisan yang dipamerkan tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga mengajak pengunjung untuk menyelami berbagai perspektif kebahagiaan.
Melalui pameran ini, para seniman berupaya menyampaikan pesan universal tentang kebahagiaan yang dapat ditemukan dalam berbagai aspek kehidupan. Dari harmoni alam hingga jejak sejarah, setiap karya menjadi medium untuk merenungkan arti sejati dari kebahagiaan. Inisiatif ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk menemukan dan menumbuhkan kebahagiaan dalam keseharian mereka.
Menjelajahi Makna Kebahagiaan dalam Seni Lukis
Pameran "The World of Happiness" menampilkan beragam interpretasi kebahagiaan melalui gaya dan simbolisme yang unik. Salah satu karya yang menarik perhatian adalah lukisan Annisa Rakhma berjudul "Bahagia yang Ditumbuhkan". Karya ini menggambarkan sosok perempuan dengan rambut menyerupai ladang bunga keemasan, memegang cengkih yang melambangkan tanah, sejarah, dan ketekunan. Annisa menyampaikan bahwa kebahagiaan sejati tidak datang tiba-tiba, melainkan harus ditanam, disiram, dipelihara, dan dipetik pada waktunya, layaknya rempah.
Karya Aprianto, "Keseimbangan yang Membumi", menghadirkan seekor jerapah yang anggun dengan leher menjulang tinggi. Jerapah ini menjadi metafora untuk pandangan jauh ke depan, kesabaran, dan kewaspadaan. Lukisan ini mengajarkan pentingnya memiliki visi luas yang dibarengi dengan pijakan kuat di tanah. Sementara itu, Khadno Aprianto menghadirkan keceriaan melalui "Rusa-Rusa yang Riang di Alam yang Rindang", yang menunjukkan bahwa kebahagiaan dapat ditemukan dalam kesederhanaan, harmoni dengan lingkungan, dan menikmati apa yang ada.
Tria Novanda membawa pengunjung menyelami sejarah dengan karyanya "Wacinwa", terinspirasi dari wayang Cina-Jawa yang lahir dari akulturasi budaya pada tahun 1920-an. Lukisan ini menghadirkan kembali tokoh kaisar China Hong Gie, bagian dari cerita pernikahan Putri Ong Tien dengan Sunan Gunung Jati. Karya ini mengingatkan bahwa kebahagiaan juga bisa lahir dari perjumpaan dan persenyawaan budaya yang harmonis.
Dukungan dan Apresiasi untuk Seni dan Kebahagiaan
Pembukaan pameran ini dilakukan oleh Komandan Komando Distrik Militer 0702/Purbalingga, Letnan Kolonel Infanteri Untung Iswahyudi. Beliau mengajak masyarakat untuk hidup bahagia sembari menjaga kelestarian budaya. Menurutnya, lukisan-lukisan yang dipamerkan sangat luar biasa karena mampu menggambarkan kompleksitas kehidupan yang harus dijalani dengan kebahagiaan. Kebahagiaan dianggap sebagai kunci untuk mencapai keinginan dan memenuhi kebutuhan lahir batin.
Letkol Untung juga mengapresiasi kehadiran seniman-seniman muda yang berani terjun ke dunia seni di era digital ini. Ia menekankan pentingnya tidak membatasi potensi diri dan terus menekuni bakat seni untuk berekspresi tanpa batas. Pameran ini dinilai selaras dengan semangat Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan RI, yang harus dirayakan dengan kebahagiaan untuk menyongsong Indonesia Emas pada tahun 2045.
Gita Yohana Thomdean, pendiri Kie Art Project, menjelaskan bahwa pameran ini menandai lima tahun perjalanan komunitas seni yang berasal dari Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga. Kie Art Project memulai kiprahnya dengan merintis Desa Kartun dan Sekolah Kartun Kie Art. Meskipun sempat menghadapi tantangan berat akibat pandemi COVID-19, Kie Art Project berhasil membina anak-anak Desa Sidareja dalam berbagai bidang seni, dari kartun hingga karawitan dan tari. Kini, Kie Art Project telah berkembang menjadi wadah bagi banyak seniman muda di Banyumas Raya.
Gita Yohana Thomdean menambahkan bahwa kebahagiaan tidak selalu soal materi, melainkan bisa ditemukan dalam hal-hal sederhana seperti udara, kesehatan, kicauan burung, keseimbangan alam, atau rahmat Tuhan setiap hari. Senada dengannya, Slamet Santosa, pendiri Kie Art Project lainnya, mengajak seniman Banyumas Raya (Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara) untuk bersatu dan mengembangkan karya seni. Ia menekankan pentingnya kebahagiaan dalam perjuangan seni, tanpa perlu memikirkan hal-hal yang belum terselesaikan.
Ahmad Fauzi, General Manager Braling Hotel, menegaskan bahwa pesan utama dari kegiatan ini adalah menumbuhkan kebahagiaan di tengah kehidupan yang penuh tantangan. Ia berharap pameran seni ini dapat terus berlanjut dan menjadi kegiatan berkesinambungan, tidak hanya di Purbalingga tetapi juga di daerah lain. Pameran "The World of Happiness" bukan hanya menyajikan karya seni, tetapi juga menjadi ruang pertemuan dan inspirasi bagi semua yang hadir, membawa pulang pesan bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang harus ditanam, dirawat, dan ditumbuhkan.
