20 Persen Siswa di Tulungagung Alami Gangguan Pendengaran, Waspada!
Pemeriksaan kesehatan pendengaran di Tulungagung menunjukkan 20 persen siswa mengalami gangguan, sebagian besar karena telinga kotor, mengancam masa depan akademik mereka.

Tulungagung, Jawa Timur, 26 Februari 2024 - Sebuah temuan mengejutkan datang dari Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Sekitar 20 persen siswa di Tulungagung mengalami gangguan pendengaran. Temuan ini berdasarkan pemeriksaan kesehatan pendengaran terhadap 145 siswa di SDIT dan SMPIT Nurul Fikri pada tanggal 25 Februari 2024. Penyebab utamanya? Kotoran telinga dan berbagai faktor lainnya yang perlu diwaspadai.
Ketua Komda Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian Kabupaten Tulungagung, dr. Moch. Mundir Arif, Sp.THT-KL, mengungkapkan angka tersebut. "Jumlah siswa yang mengalami gangguan pendengaran setelah dilakukan pemeriksaan hampir 20-an persen. Biasanya jumlah yang kami temukan berkisar segitu, ya 10-20 persen," ujarnya. Temuan ini menyoroti pentingnya kesadaran masyarakat akan kesehatan telinga, terutama pada anak-anak usia sekolah.
Meskipun sebagian besar kasus gangguan pendengaran yang ditemukan tergolong ringan, akibat kotoran telinga, dr. Mundir Arif menekankan bahwa hal ini tidak boleh dianggap sepele. "Penyakit atau gangguan pendengaran memang tidak mengancam nyawa, tapi ini jika diabaikan bisa mengancam masa depan individu bersangkutan," tegasnya. Pernyataan ini menggarisbawahi dampak jangka panjang dari masalah kesehatan telinga yang seringkali diabaikan.
Gangguan Pendengaran pada Siswa Tulungagung: Ancaman terhadap Masa Depan Akademik
Pemeriksaan kesehatan pendengaran yang dilakukan di SDIT dan SMPIT Nurul Fikri melibatkan 105 siswa SD dan 40 siswa SMP. Dari pemeriksaan tersebut, terungkap bahwa sekitar 10-20 persen siswa mengalami gangguan pendengaran akibat penumpukan kotoran telinga. Selain itu, ditemukan juga satu kasus infeksi telinga bernanah pada seorang siswa, diduga akibat komplikasi batuk dan pilek yang berkepanjangan.
"Infeksi yang tidak tertangani bisa menyebar ke telinga dan menyebabkan gendang telinga berlubang. Akibatnya, pendengaran berkurang," jelas dr. Mundir Arif. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya penanganan dini terhadap infeksi telinga untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.
Lebih lanjut, dr. Mundir Arif menjelaskan bahwa gangguan pendengaran dapat berdampak signifikan terhadap prestasi akademik siswa. Kesulitan mendengar dapat menghambat proses belajar mengajar dan berpotensi menurunkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, ia menyarankan agar anak-anak secara rutin memeriksakan kesehatan telinga dan membersihkannya dengan cara yang benar.
Penyebab Gangguan Pendengaran dan Imbauan kepada Masyarakat
Menurut dr. Mundir Arif, gangguan pendengaran umumnya disebabkan oleh lima faktor utama: faktor bawaan lahir, infeksi telinga (otitus media), paparan suara keras, kotoran telinga, dan faktor usia. Meskipun mayoritas kasus di Tulungagung disebabkan oleh faktor usia, hal ini tidak mengurangi pentingnya pencegahan dan deteksi dini pada kelompok usia muda.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, Komda Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian Kabupaten Tulungagung secara berkala menyelenggarakan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan pendengaran gratis. Langkah ini diharapkan dapat membantu mendeteksi dini gangguan pendengaran dan mencegah dampak negatifnya terhadap kesehatan dan pendidikan anak-anak.
"Kami imbau masyarakat, terutama anak-anak usia sekolah, untuk rutin memeriksakan kesehatan telinga. Meskipun mayoritas kasus gangguan pendengaran di Tulungagung disebabkan faktor usia," pungkas dr. Mundir Arif. Imbauan ini menjadi pesan penting bagi seluruh masyarakat Tulungagung untuk lebih memperhatikan kesehatan telinga mereka.
Kesimpulannya, temuan ini menyoroti pentingnya kesadaran akan kesehatan telinga, terutama pada anak-anak. Deteksi dan penanganan dini gangguan pendengaran sangat krusial untuk mencegah dampak negatif terhadap perkembangan akademik dan kualitas hidup.