AHY: Solidaritas Regional Kunci Hadapi Kebijakan Proteksionis AS
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menekankan pentingnya solidaritas regional, khususnya ASEAN, bagi Indonesia untuk menghadapi dampak kebijakan proteksionis AS di bawah pemerintahan Trump.
Jakarta, 13 April 2024 - Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyerukan pentingnya Indonesia membangun solidaritas regional untuk menghadapi dampak kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang dinilai proteksionis. Pernyataan ini disampaikan AHY dalam acara TYI bertajuk "Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan dan Ekonomi Global" di Jakarta, Minggu lalu. Kebijakan-kebijakan Trump, menurut AHY, telah memicu fragmentasi global di sektor ekonomi, politik, dan keamanan.
AHY menjelaskan bahwa kebijakan tarif resiprokal AS berpotensi menciptakan persaingan antar aliansi baru yang melampaui konteks perdagangan semata. Oleh karena itu, TYI merekomendasikan penguatan solidaritas ASEAN agar tidak terpecah oleh kepentingan masing-masing negara anggota. Selain itu, AHY juga menyoroti pentingnya pemanfaatan forum regional seperti ASEAN+ secara lebih efektif dalam menghadapi tantangan ini. "Kami percaya solidaritas adalah kekuatan kita, kolaborasi adalah harapan kita," tegas AHY.
Sebagai Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, AHY juga memberikan beberapa rekomendasi kebijakan untuk Indonesia. Rekomendasi tersebut meliputi penguatan ekonomi domestik dengan fokus pada stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, dan penciptaan lapangan kerja. Selain itu, AHY juga menekankan perlunya transformasi ekonomi dari krisis menjadi peluang, percepatan modernisasi dan digitalisasi, serta pengembangan ekonomi hijau termasuk transisi energi. "Kita harus bisa mengubah krisis menjadi peluang, from crisis to opportunity," ujarnya.
Penguatan Ekonomi Domestik dan Diversifikasi Pasar
Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global, AHY menyarankan diversifikasi pasar dan mitra strategis. Indonesia, menurutnya, perlu memperluas kerja sama perdagangan dengan berbagai kawasan, termasuk Eropa, Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, Amerika Latin, dan negara-negara Global South lainnya. Hal ini dinilai penting untuk mengurangi ketergantungan pada satu pasar utama dan meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
Lebih lanjut, AHY menekankan pentingnya memperkuat sistem perdagangan dan kerja sama multilateral yang tidak diskriminatif bersama mitra strategis. Langkah ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan perdagangan yang adil dan saling menguntungkan bagi Indonesia.
Rekomendasi AHY ini selaras dengan upaya pemerintah Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya telah menegaskan komitmen Indonesia untuk menjaga stabilitas dan kepercayaan pasar dalam merespons kebijakan tarif resiprokal AS. Sri Mulyani juga menjelaskan bahwa hal ini mencakup penanganan nilai tukar, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN), dan kepercayaan pasar terhadap pasar modal.
Dalam pertemuan ke-12 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN (AFMGM) di Kuala Lumpur, Malaysia, ASEAN sepakat untuk tidak melakukan retaliasi terhadap kebijakan AS, melainkan akan melakukan negosiasi secara bilateral maupun bersama-sama dalam kerangka kesepakatan perdagangan dan investasi dengan AS.
ASEAN dan Kerja Sama Multilateral
Peran ASEAN sebagai forum regional menjadi sorotan utama dalam menghadapi kebijakan proteksionis AS. Solidaritas dan kolaborasi antar negara anggota ASEAN dinilai krusial untuk menghadapi tantangan bersama. Pemanfaatan forum-forum regional seperti ASEAN+ juga perlu dioptimalkan untuk memperkuat posisi tawar ASEAN dalam negosiasi dengan negara-negara lain, termasuk AS.
Kerja sama multilateral juga menjadi kunci dalam menghadapi proteksionisme. Indonesia perlu memperkuat kerja sama dengan negara-negara lain untuk menciptakan sistem perdagangan yang adil dan tidak diskriminatif. Hal ini akan membantu Indonesia dalam mengurangi dampak negatif dari kebijakan proteksionis AS dan menciptakan peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi.
Kesimpulannya, menghadapi kebijakan proteksionis AS membutuhkan strategi komprehensif yang melibatkan penguatan ekonomi domestik, diversifikasi pasar, dan kerja sama regional yang kuat. Solidaritas ASEAN dan kerja sama multilateral menjadi kunci untuk menghadapi tantangan ini dan menciptakan peluang baru bagi Indonesia.