Area Transmigrasi: Potensi Besar Wujudkan Swasembada Daging dan Susu Indonesia
Wakil Menteri Transmigrasi (Wamentrans) melihat potensi besar area transmigrasi untuk meningkatkan produksi daging dan susu nasional, guna mencapai swasembada dan mendukung program makan bergizi gratis.
Wakil Menteri Transmigrasi (Wamentrans), Viva Yoga Mauladi, baru-baru ini menyatakan keyakinannya bahwa pengembangan area transmigrasi dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produksi daging dan susu di Indonesia. Pernyataan ini disampaikan di Jakarta pada Rabu, 22 Januari. Inisiatif ini diyakini mampu mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan mengatasi defisit pangan nasional.
Saat ini, produksi daging sapi nasional masih jauh dari angka ideal. Produksi hanya mencapai 370 ribu ton, sementara kebutuhan nasional mencapai 770 ribu ton. Artinya, terdapat kekurangan sebesar 400 ribu ton. Situasi serupa juga terjadi pada produksi susu, di mana produksi nasional hanya 1 juta ton, sementara kebutuhan mencapai 4,7 juta ton, sehingga terdapat defisit 3,7 juta ton.
Defisit ini menjadi perhatian serius pemerintah. Program MBG, misalnya, membutuhkan pasokan daging dan susu yang signifikan. Oleh karena itu, potensi besar area transmigrasi untuk peternakan sapi menjadi sorotan. Hal ini didorong oleh luasnya lahan dan ketersediaan pakan alami di berbagai wilayah transmigrasi.
Subsektor peternakan, menurut Wamentrans, memiliki peran krusial dalam penyediaan protein hewani, peningkatan pendapatan peternak, dan penggerak ekonomi pedesaan. Pengembangannya juga menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan industri pangan.
Untuk mencapai swasembada, berbagai strategi perlu dijalankan. Diantaranya peningkatan kualitas bibit, optimalisasi reproduksi ternak, pengembangan klaster peternak, peningkatan kompetensi peternak, serta penguatan kemitraan antara industri dan peternak untuk penyerapan hasil produksi.
Wamentrans menekankan pentingnya kolaborasi antar kementerian untuk merealisasikan rencana ini. Kementerian Transmigrasi akan berkolaborasi dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koperasi, Kementerian PUPR, Kementerian ATR/BPN, dan Kementerian Kesehatan. Kerja sama yang terintegrasi ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas program.
Tidak hanya kolaborasi antar kementerian, Wamentrans juga mengajak partisipasi aktif dari berbagai pihak, termasuk masyarakat, akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat di bidang peternakan. Suksesnya program ini, menurutnya, juga membutuhkan regulasi, perencanaan program, dan anggaran yang terukur dan realistis.
Kesimpulannya, pengembangan area transmigrasi untuk peternakan sapi merupakan langkah strategis dalam upaya pemerintah untuk mencapai swasembada daging dan susu. Kolaborasi dan partisipasi berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan program ini demi Indonesia Emas 2045.