Ekosistem Peternakan Sapi: Solusi Tekan Impor dan Wujudkan Swasembada Pangan?
Wakil Menteri Investasi ungkap ekosistem peternakan sapi di NTT sebagai solusi untuk mengurangi impor dan mendukung program Makan Bergizi Gratis, serta dorongan pemerintah menuju swasembada pangan.

Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Todotua Pasaribu, baru-baru ini menyatakan bahwa pengembangan ekosistem peternakan sapi berpotensi besar mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor daging dan susu. Hal ini disampaikan di Jakarta pada Jumat (16/5), di mana beliau juga menekankan potensi besar Indonesia dalam pengembangan sektor ini. Inisiatif ini juga bertujuan untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) pemerintah.
Todotua menjelaskan bahwa pilot project ekosistem peternakan sapi yang akan dijalankan di Nusa Tenggara Timur (NTT) diharapkan dapat dimulai tahun ini. Proyek ini akan fokus pada pengembangan terintegrasi, mulai dari peternakan sapi potong dan perah hingga hilirisasi produk turunannya seperti industri susu. Menurutnya, konsolidasi berbagai elemen, termasuk lahan dan investasi, menjadi kunci keberhasilan proyek ini.
Indonesia saat ini masih sangat bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan daging sapi dan susu. Proyek percontohan di NTT ini dirancang untuk menciptakan kawasan terintegrasi yang mendukung hilirisasi industri, dengan tujuan akhir mencapai kemandirian pangan dalam hal daging dan susu. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden RI untuk mengurangi ketergantungan impor, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang telah mencapai 300 juta jiwa.
Pengembangan Ekosistem Peternakan Sapi di NTT
Konsep ekosistem peternakan sapi yang diusung menekankan pada hilirisasi di sektor peternakan. Hal ini melibatkan konsolidasi berbagai sumber daya, termasuk lahan, untuk menciptakan sistem yang terintegrasi dan efisien. Dengan pendekatan ini, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan menekan biaya produksi.
Pilot project di NTT akan menjadi model pengembangan yang dapat direplikasi di daerah lain. Pemerintah berharap proyek ini dapat menjadi contoh keberhasilan dalam membangun ekosistem peternakan yang berkelanjutan dan mampu memenuhi kebutuhan domestik.
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, turut memberikan dukungan terhadap inisiatif ini. Beliau menegaskan komitmen pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk mencapai swasembada pangan. Pemerintah tidak hanya fokus pada beras, tetapi juga komoditas pangan lain, termasuk daging dan susu.
Swasembada Pangan dan Ekspor
Pemerintah Indonesia tengah berupaya keras untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri tanpa bergantung pada impor. Targetnya bukan hanya swasembada, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai eksportir dan lumbung pangan dunia. Hal ini menunjukkan ambisi besar pemerintah untuk meningkatkan sektor pertanian dan peternakan.
Dengan pengembangan ekosistem peternakan sapi yang terintegrasi, diharapkan Indonesia dapat mengurangi impor, meningkatkan pendapatan peternak, dan menciptakan lapangan kerja baru. Suksesnya proyek ini akan menjadi tonggak penting dalam upaya mewujudkan swasembada pangan dan ketahanan pangan nasional.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) juga akan mendapatkan dukungan signifikan dari keberhasilan proyek ini. Peningkatan produksi daging sapi lokal akan membantu memastikan ketersediaan bahan baku yang cukup untuk program tersebut, sehingga dapat menjamin gizi anak-anak Indonesia.
Secara keseluruhan, inisiatif ini menandai langkah signifikan pemerintah dalam membangun ketahanan pangan nasional. Dengan pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan, diharapkan ekosistem peternakan sapi dapat memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia dan kesejahteraan rakyat.