Hilirisasi Sapi NTT: Kunci Peningkatan Nilai Ekonomi dan Pembukaan Lapangan Kerja
Dinas Peternakan NTT mendorong hilirisasi ternak sapi lokal untuk meningkatkan nilai jual, membuka lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Kupang, NTT (ANTARA) - Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur (Disnak NTT) menekankan pentingnya hilirisasi ternak sapi lokal sebagai strategi untuk meningkatkan nilai ekonomis dan daya saing produk peternakan daerah. Langkah ini diyakini mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan kerja baru di NTT.
Kepala Bidang Agribisnis dan Kelembagaan Peternakan Disnak NTT, Edy Djuma, menyatakan bahwa selama ini pengiriman sapi NTT didominasi dalam bentuk ternak hidup untuk memenuhi kebutuhan daging kurban dan rumah potong hewan (RPH) di berbagai provinsi. Pada tahun 2024 saja, tercatat sebanyak 45.670 ekor sapi telah dikirim ke berbagai wilayah di Indonesia. Namun, strategi ini dinilai kurang optimal dalam memaksimalkan potensi ekonomi dari sektor peternakan sapi NTT.
Dengan adanya hilirisasi, nilai tambah produk sapi NTT akan meningkat signifikan. Tidak hanya sekedar pemasok ternak hidup, NTT berpotensi menjadi pemasok produk olahan sapi dengan nilai jual yang jauh lebih tinggi. Hal ini akan berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat NTT.
Pemanfaatan Potensi Sapi NTT Menuju Produk Bernilai Tinggi
Edy Djuma menjelaskan bahwa hilirisasi membuka peluang diversifikasi produk olahan sapi. Beberapa contoh produk yang berpotensi dikembangkan antara lain se’i sapi, abon, dendeng, daging premium, dan berbagai produk olahan lainnya. Proses hilirisasi yang lebih kompleks ini juga akan menciptakan lapangan kerja baru yang signifikan.
Proses hilirisasi tidak hanya mencakup pengolahan daging, tetapi juga mencakup tahapan pengemasan dan distribusi. Hal ini akan menciptakan ekosistem ekonomi baru yang mampu menyerap banyak tenaga kerja, mulai dari petani, pengolah, pengemas, hingga distributor. Potensi ini sangat besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi NTT secara berkelanjutan.
Lebih lanjut, Edy menjelaskan bahwa hilirisasi membutuhkan kolaborasi yang erat antara masyarakat, pemerintah, dan pihak swasta. Pemerintah sendiri telah berupaya mendorong hilirisasi melalui program edukasi dan berbagai bentuk kolaborasi strategis.
Dukungan Pemerintah dan Kolaborasi Lintas Sektor
Edy menekankan bahwa visi hilirisasi ini sejalan dengan visi pemerintah baik di tingkat provinsi maupun nasional. Namun, prosesnya membutuhkan waktu dan komitmen jangka panjang. Oleh karena itu, kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan program ini.
Pemerintah Provinsi NTT berkomitmen untuk terus memberikan dukungan melalui program edukasi dan fasilitasi bagi pelaku usaha di sektor peternakan. Kolaborasi dengan pihak swasta juga akan difokuskan untuk meningkatkan akses pendanaan dan teknologi pengolahan yang modern.
Hilirisasi sapi NTT bukan hanya sekadar meningkatkan nilai ekonomi, tetapi juga akan berdampak positif terhadap kesejahteraan peternak dan masyarakat NTT secara keseluruhan. Dengan memanfaatkan potensi sumber daya lokal secara optimal, NTT dapat menjadi contoh sukses dalam pengembangan industri peternakan yang berkelanjutan.
Dengan demikian, hilirisasi sapi NTT merupakan langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah produk peternakan, membuka lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Dukungan dari semua pihak sangat penting untuk mewujudkan visi ini menjadi kenyataan.