AS Kenang Pertempuran Selat Sunda: Menghormati Pengorbanan Pelaut di Perang Dunia II
Kedubes AS bersama Indonesia dan Australia memperingati 83 tahun Pertempuran Selat Sunda, mengenang pengorbanan para pelaut Amerika dan Australia yang gugur dalam pertempuran dahsyat di Perang Dunia II.

Pertempuran dahsyat di Selat Sunda selama Perang Dunia II kembali dikenang. Pada Selasa (4/3), Kuasa Usaha Ad Interim Kedubes AS di Jakarta, Heather Merritt, memimpin peringatan ke-83 Pertempuran Selat Sunda, menghormati para pelaut dan marinir Amerika Serikat dan Australia yang gugur dalam pertempuran tersebut. Peristiwa bersejarah ini terjadi di Teluk Banten pada 1 Maret 1942, menenggelamkan kapal perang HMAS Perth I dan USS Houston (CA-30).
Peringatan ini dihadiri oleh perwakilan Angkatan Laut Indonesia, Australia, dan Amerika Serikat, serta komunitas maritim dan pemerintah. Acara tahunan ini bukan sekadar mengenang peristiwa pahit tersebut, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan atas keberanian dan pengorbanan para pelaut yang berjuang hingga akhir hayatnya. Heather Merritt menekankan pentingnya menjaga perdamaian yang diperjuangkan oleh para pahlawan tersebut dan mengajak kerja sama berkelanjutan dengan mitra regional untuk mencapai hal itu.
Lebih dari sekadar upacara peringatan, acara ini juga menjadi simbol penguatan kerja sama antara tiga negara dalam menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan Indo-Pasifik. Kerja sama ini dinilai sangat penting mengingat tantangan bersama yang dihadapi ketiga negara dalam hal keamanan maritim, stabilitas regional, dan pelestarian situs bersejarah seperti Teluk Banten. Upacara puncak peringatan ditandai dengan pelarungan karangan bunga di Selat Sunda sebagai penghormatan terakhir bagi para pelaut yang gugur.
Mengenang Korban dan Memperkuat Kerja Sama Regional
Pertempuran Selat Sunda merupakan peristiwa berdarah yang menewaskan 696 pelaut dan marinir Amerika. Kapal USS Houston, yang tenggelam dalam pertempuran tersebut, menyisakan kisah heroik 368 pelaut yang selamat. Mereka terus berjuang meskipun ditahan di berbagai wilayah, termasuk Jawa, Singapura, Myanmar, Thailand, dan Jepang, hingga perang berakhir. Dari jumlah tersebut, 291 pelaut berhasil kembali ke kampung halaman sebagai pahlawan.
Atase Angkatan Laut AS untuk Indonesia, CDR Patrick Panjeti, menjelaskan bahwa peringatan ini bukan untuk memuliakan perang, melainkan untuk mengingat betapa besarnya pengorbanan yang telah dilakukan. Hal ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran agar dunia tidak lagi harus merasakan penderitaan serupa. Komitmen Amerika Serikat untuk menjaga kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, di mana kapal dapat melintas dengan aman dan perdamaian dapat terjaga, juga ditekankan dalam kesempatan ini.
Heather Merritt juga menyampaikan harapannya agar kerja sama dapat terus terjalin untuk melestarikan warisan kapal Houston dan Perth. Upaya untuk melindungi situs tersebut dan membagikan kisahnya kepada generasi mendatang menjadi fokus utama. Hal ini sejalan dengan komitmen bersama untuk menghormati para pahlawan dan menjaga perdamaian di kawasan Indo-Pasifik.
Warisan Pertempuran Selat Sunda dan Kerja Sama Trilateral
Peringatan Pertempuran Selat Sunda tidak hanya menjadi momen refleksi atas peristiwa sejarah yang menyedihkan, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya kerja sama internasional dalam menjaga perdamaian dan keamanan regional. Ketiga negara, Amerika Serikat, Australia, dan Indonesia, menunjukkan komitmen kuat mereka untuk terus bekerja sama dalam menghadapi berbagai tantangan di kawasan Indo-Pasifik.
Upacara peletakan karangan bunga di Selat Sunda menjadi simbol penghormatan dan pengakuan atas pengorbanan para pelaut yang gugur. Acara ini juga memperkuat ikatan persahabatan dan kerja sama antara ketiga negara dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut. Kerja sama ini mencakup berbagai aspek, mulai dari keamanan maritim hingga pelestarian situs-situs bersejarah yang menjadi saksi bisu peristiwa penting dalam sejarah dunia.
Organisasi penyintas kapal perang, USS Houston Survivors Association, yang kini bernama USS Houston Survivors’ Association and Next Generations, setiap tahunnya juga mengadakan pertemuan di Houston, Texas, untuk mengenang kapal dan kru pemberani mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kenangan dan semangat para pahlawan tersebut tetap hidup dan dihormati hingga saat ini.
Peringatan ini menjadi bukti nyata bahwa kerja sama internasional sangat penting dalam menjaga perdamaian dunia. Dengan mengenang pengorbanan para pahlawan, kita dapat belajar dari masa lalu dan bekerja sama untuk membangun masa depan yang lebih damai dan aman bagi seluruh umat manusia.