Bank Dunia Peringatkan: Krisis Iklim Picu Kematian Massal Jika Dana Tak Terpenuhi
Bank Dunia memperingatkan akan banyak kematian akibat krisis iklim jika negara-negara kaya tak segera memenuhi komitmen pendanaan iklim yang telah disepakati, mengingat bencana iklim semakin sering dan dahsyat terjadi.

Pejabat senior Bank Dunia menyampaikan peringatan serius terkait krisis iklim. Valerie Hickey, Direktur Global Perubahan Iklim Bank Dunia, menyatakan bahwa akan ada banyak kematian jika pendanaan iklim yang dibutuhkan tidak segera terpenuhi. Peringatan ini disampaikan dalam konferensi perubahan iklim internasional Breathe Pakistan di Islamabad, Pakistan.
Dana Iklim: Butuh Lebih dari Sekedar Janji
Hickey menekankan urgensi peningkatan pendanaan iklim dari US$100 miliar menjadi US$300 miliar. Meskipun angka ini terdengar besar, ia menjelaskan bahwa sebagian besar dana tersebut berupa pinjaman, bukan hibah, dan sebagian besar sudah tersedia. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya mengoptimalkan sumber daya yang ada dan mendorong komitmen yang lebih nyata dari negara-negara maju.
Hal senada disampaikan oleh Mohamed Yahya, Koordinator Residen dan Kemanusiaan PBB. Ia menegaskan bahwa perubahan iklim bukan lagi ancaman masa depan, melainkan realitas yang terjadi saat ini. Ia menyinggung pernyataan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, yang menyebut dunia sedang berada di 'jalan tol menuju neraka iklim'.
Bencana Iklim: Frekuensi dan Intensitas Meningkat
Yahya menyoroti peningkatan emisi global dan semakin seringnya bencana cuaca ekstrem seperti kekeringan, kebakaran hutan, dan banjir. Banjir monsun di Pakistan pada tahun 2022 yang menenggelamkan sepertiga wilayah negara tersebut menjadi contoh nyata dampak perubahan iklim. Ia menekankan perlunya pendanaan iklim yang mudah diakses, memadai, dan adil, serta mengakhiri impunitas korporasi dan negara dalam masalah emisi.
Pakistan: Di Garis Depan Krisis Iklim
Hakim Mansoor Ali Shah dari Mahkamah Agung Pakistan menambahkan bahwa negara-negara di Global South, termasuk Pakistan, menanggung dampak terberat perubahan iklim meskipun kontribusinya terhadap emisi global sangat kecil. Banjir 2022 di Pakistan menyebabkan kerugian sebesar US$30 miliar dan mengungsikan 33 juta orang. Ini menunjukkan urgensi adaptasi dan pendanaan iklim.
Menteri Perencanaan Pakistan, Ahsan Iqbal, juga menegaskan bahwa perubahan iklim bukan lagi tantangan masa depan, melainkan realitas sehari-hari. Pakistan, yang hanya menyumbang kurang dari 1 persen emisi gas rumah kaca global, menghadapi dampak yang sangat signifikan, termasuk banjir dahsyat, pencairan gletser yang cepat, gelombang panas, dan kekeringan yang semakin parah.
Konferensi Breathe Pakistan: Membangun Ketahanan Iklim
Konferensi Breathe Pakistan berlangsung selama dua hari dan bertujuan membangun ketahanan iklim Pakistan hingga tahun 2047 serta mendorong kerja sama regional di Asia Selatan. Pertemuan ini menjadi platform penting untuk membahas solusi konkret dan mendesak dalam menghadapi krisis iklim yang semakin mengancam kehidupan manusia.
Kesimpulannya, peringatan Bank Dunia dan berbagai pernyataan dari pejabat internasional lainnya menyoroti urgensi tindakan nyata dalam mengatasi perubahan iklim. Pemenuhan komitmen pendanaan iklim merupakan langkah krusial untuk mengurangi dampak buruk dan menyelamatkan nyawa jutaan orang yang terancam.