Biodiesel CPO: Strategi Indonesia untuk Keamanan Energi
Pemerintah Indonesia, melalui Satgas Percepatan Infrastruktur, mendorong produksi biodiesel dari CPO untuk memperkuat ketahanan energi nasional, termasuk membangun pabrik metanol dan etanol dalam negeri.
Jakarta, 17 Januari 2024 - Penggunaan biodiesel dari minyak kelapa sawit mentah (CPO) menjadi salah satu strategi kunci dalam peta jalan keamanan energi Indonesia, menurut Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Infrastruktur dan Ketahanan Energi Nasional. Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua Satgas, Bapak Bahlil Lahadalia, dalam konferensi pers Jumat lalu di Jakarta. Langkah ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan ketahanan energi nasional.
Bapak Lahadalia menjelaskan, "Sambil kita genjot peningkatan produksi minyak bumi, kita juga perlu meningkatkan penggunaan biodiesel. Saat ini kita menjalankan program B40 (40 persen biodiesel), dan selanjutnya akan menuju B50."
Program B40 sendiri merupakan campuran 60 persen solar dan 40 persen biofuel berbasis minyak sawit, termasuk metanol dan etanol. Kebutuhan bahan baku cukup besar; "Misalnya, untuk program B40 saja kita butuh 2,3 juta ton metanol. Sesuai arahan Presiden, kita akan bangun pabrik metanol dalam negeri di Bojonegoro, Jawa Timur, dengan bahan baku gas," jelas Lahadalia.
Sementara itu, etanol akan diproduksi dari tebu. Pemerintah tengah mempersiapkan pembangunan pabrik etanol di Jawa atau Merauke, Papua Selatan. Lahadalia menambahkan, "Jadi, sesuai peta jalan, kita ingin memproduksi komponen (campuran biodiesel) di dalam negeri."
Langkah strategis ini dipayungi oleh Keppres Nomor 1 Tahun 2025 tentang pembentukan Satgas yang beranggotakan sejumlah menteri, Jaksa Agung, dan Kapolri. Bapak Bahlil Lahadalia menjabat sebagai ketua, sedangkan Menteri Wahid sebagai wakil ketua bidang penyediaan lahan.
Satgas ini diamanatkan untuk mempercepat hilirisasi di berbagai sektor dan memperkuat keamanan energi Indonesia. Keppres yang ditandatangani Presiden pada 3 Januari tersebut juga memprioritaskan hilirisasi mineral, batu bara, minyak, gas alam, hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan untuk meningkatkan nilai tambah.
Dengan memprioritaskan produksi biodiesel dalam negeri, Indonesia berupaya mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. Program ini juga menunjukkan komitmen Indonesia terhadap transisi energi yang berkelanjutan.