BNI Dukung Hilirisasi: Portofolio Rp60 Triliun, Komitmen Berkelanjutan Rp190,5 Triliun
BNI telah menginvestasikan Rp60 triliun untuk portofolio hilirisasi dan Rp190,5 triliun untuk pembiayaan berkelanjutan, menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung program pemerintah dan transisi hijau.

BNI Tancap Gas Dukung Hilirisasi dan Transisi Hijau
Bank Negara Indonesia (BNI) menunjukkan komitmen besar terhadap program hilirisasi pemerintah dan transisi ekonomi hijau. Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, mengumumkan portofolio perusahaan di sektor hilirisasi telah mencapai angka fantastis, yaitu sekitar Rp60 triliun. Investasi ini tersebar di berbagai sektor, termasuk mineral, batubara, perkebunan, dan kehutanan. Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Royke Tumilaar di Jakarta, Rabu, 22 Januari.
Mengapa Hilirisasi Penting dan Bagaimana BNI Berperan?
Hilirisasi, proses pengolahan bahan mentah menjadi produk bernilai tambah, menjadi fokus pemerintah untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. BNI berperan aktif dalam upaya ini dengan menyediakan berbagai layanan pembiayaan dan inovasi untuk mendukung para pelaku usaha di sektor hilirisasi. Komitmen ini selaras dengan strategi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Portofolio Berkelanjutan BNI: Angka Menakjubkan
Tidak hanya hilirisasi, BNI juga menunjukkan kinerja impresif di bidang pembiayaan berkelanjutan. Direktur Risk Management BNI, David Pirzada, menyatakan portofolio pembiayaan berkelanjutan BNI mencapai Rp190,5 triliun pada tahun 2024. Jumlah ini setara dengan 25 persen dari total kredit BNI. Dari total tersebut, Rp73,4 triliun dialokasikan untuk pembiayaan hijau, dan Rp117 triliun untuk pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Strategi BNI dalam Pembiayaan Berkelanjutan
BNI berkomitmen untuk menjadi mitra strategis dalam mendukung transisi hijau. Salah satu wujud komitmen ini adalah peningkatan pembiayaan Sustainability Linked Loan (SLL) yang mencapai Rp6 triliun hingga Desember 2024. Dalam menjalankan strategi ini, BNI menerapkan manajemen risiko yang ketat melalui Climate Risk Stress Test (CRST) sesuai panduan Climate Risk Management System (CRMS) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Penerapan CRST dan Kinerja Keuangan BNI
Pada tahun 2024, penerapan CRST mencakup 50 persen portofolio kredit di enam sektor industri utama dan mortgage. BNI menargetkan cakupan 100 persen pada tahun berikutnya. Kinerja intermediasi BNI sendiri tumbuh positif dan seimbang di tahun 2024, dengan pertumbuhan pembiayaan 11,6 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp775,87 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh segmen korporasi (17,6 persen) dan konsumer (14,5 persen). Perusahaan anak juga mencatatkan pertumbuhan kredit signifikan sebesar 79,7 persen yoy.
Indikator Risiko Kredit BNI
Meskipun mengalami pertumbuhan yang signifikan, BNI tetap menjaga kualitas asetnya. Tingkat kredit macet (non-performing loan/NPL) turun menjadi 2 persen, loan at risk (LAR) turun menjadi 10,3 persen, dan credit cost turun menjadi 1,1 persen. Ini menunjukkan pengelolaan risiko kredit yang efektif dan berkelanjutan.
Kesimpulan
Komitmen BNI terhadap hilirisasi dan pembiayaan berkelanjutan menunjukkan keseriusan bank ini dalam mendukung program pemerintah dan transisi ekonomi hijau. Dengan portofolio yang besar dan manajemen risiko yang terukur, BNI siap berperan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan.