BNPB Mulai Operasi Modifikasi Cuaca di Riau, Antisipasi Karhutla Musim Kemarau
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memulai operasi modifikasi cuaca di Riau untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selama musim kemarau.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memulai operasi modifikasi cuaca (OMC) di Provinsi Riau sebagai langkah antisipasi dini terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Operasi ini dimulai pada Jumat, 2 Mei 2024, merupakan respon terhadap peningkatan risiko karhutla di musim kemarau yang diperkirakan berlangsung hingga September mendatang. Sasaran utama operasi ini adalah Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), daerah yang dikenal rawan karhutla karena luasnya lahan gambut.
Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Riau, Jim Ghafur, menjelaskan bahwa operasi modifikasi cuaca ini melibatkan satu unit pesawat Cessna yang bertugas menaburkan garam ke awan-awan potensial. Tujuannya adalah untuk memicu hujan buatan dan membasahi lahan gambut yang rentan terbakar akibat kekeringan. Pemilihan lokasi penyemaian garam disesuaikan dengan keberadaan awan yang memungkinkan proses tersebut berjalan efektif.
Operasi ini merupakan hasil kerja sama antara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), BNPB, dan BPBD Riau. Prakiraan BMKG menunjukkan bahwa musim kemarau di Riau akan memasuki fase kering pada awal Mei, meningkatkan risiko kebakaran di wilayah pesisir seperti Rohil, Bengkalis, dan Dumai. Oleh karena itu, selain operasi modifikasi cuaca, patroli darat dan udara juga akan ditingkatkan untuk mendeteksi titik panas sedini mungkin.
Operasi Modifikasi Cuaca di Rokan Hilir
Operasi modifikasi cuaca dipusatkan di Kabupaten Rokan Hilir karena daerah ini memiliki areal gambut yang sangat luas dan rentan terhadap kebakaran. Lahan gambut yang kering dan mudah terbakar menjadi ancaman serius yang perlu diantisipasi. Penyemaian garam diharapkan mampu mengurangi risiko tersebut melalui hujan buatan yang akan membasahi lahan.
Pesawat Cessna akan beroperasi selama beberapa pekan ke depan, tergantung pada kondisi atmosfer dan ketersediaan awan potensial. BNPB menyatakan kesiapan untuk memperpanjang durasi operasi jika diperlukan. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam mencegah terjadinya karhutla yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi dan lingkungan yang besar.
"Pesawat Cessna yang digunakan akan melakukan penyemaian garam di awan-awan potensial agar terjadi hujan buatan. Ini diharapkan bisa membasahi lahan gambut yang mulai mengering akibat kemarau," jelas Jim Ghafur.
Koordinasi dan Antisipasi Karhutla
Kerja sama antara BMKG, BNPB, dan BPBD Riau dalam operasi ini menunjukkan pentingnya koordinasi antar lembaga dalam menghadapi ancaman karhutla. Informasi prakiraan cuaca dari BMKG menjadi dasar perencanaan dan pelaksanaan operasi modifikasi cuaca. BPBD Riau berperan dalam pengawasan dan penanggulangan di lapangan.
Selain operasi modifikasi cuaca, upaya pencegahan karhutla lainnya juga dilakukan, seperti patroli darat dan udara untuk mendeteksi titik panas. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah kebakaran meluas dan sulit dikendalikan. Patroli ini akan dilakukan secara intensif di daerah-daerah rawan karhutla.
"Kami berharap operasi ini bisa meminimalkan potensi kebakaran sejak dini. Riau sudah punya pengalaman panjang dengan karhutla, dan kita tidak ingin kejadian serupa terulang tahun ini," tegas Jim Ghafur, menekankan pentingnya langkah proaktif dalam mencegah bencana karhutla.
Langkah-langkah antisipasi ini diharapkan mampu menekan angka karhutla di Riau. Pengalaman masa lalu menunjukkan betapa besar dampak negatif karhutla, baik terhadap lingkungan maupun perekonomian masyarakat. Dengan upaya pencegahan yang terkoordinasi, diharapkan Riau dapat terhindar dari bencana karhutla pada tahun ini.
Kesimpulan
Operasi modifikasi cuaca yang dilakukan BNPB di Riau merupakan upaya proaktif untuk mencegah karhutla di musim kemarau. Kerja sama antar lembaga dan pemantauan intensif diharapkan mampu meminimalisir risiko kebakaran dan melindungi lingkungan serta perekonomian masyarakat Riau.