TNI AU Modifikasi Cuaca 10 Hari Cegah Banjir Jabodetabek
TNI AU kerahkan dua pesawat Cassa 212 untuk operasi modifikasi cuaca selama 10 hari di Jabodetabek guna mengurangi intensitas hujan dan mencegah banjir.

TNI Angkatan Udara (AU) melalui Komando Operasi Udara Nasional (Koopsudnas) menggelar operasi modifikasi cuaca (OMC) selama 10 hari di wilayah Jabodetabek. Operasi ini bertujuan untuk mengurangi intensitas curah hujan dan meminimalisir potensi bencana banjir yang kerap melanda daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Operasi yang dimulai sejak 10 Maret 2025 dan berakhir pada 20 Maret 2025 ini melibatkan dua pesawat Cassa 212 yang diterbangkan dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, dan Lanud Husein Sastranegara, Bandung. Pesawat-pesawat tersebut membawa senyawa garam (NaCl) yang disebar di langit untuk memicu reaksi yang diharapkan dapat mengurangi curah hujan.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau), Marsma TNI Ardi Syahri, menjelaskan bahwa kerjasama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sangat penting dalam menentukan titik koordinat yang tepat untuk penyemaian garam. "Upaya ini dilakukan untuk mengurangi dampak bencana banjir di wilayah Jabodetabek," tegas Kadispenau dalam siaran pers resmi TNI AU.
Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Mitigasi Bencana
Operasi modifikasi cuaca merupakan teknologi yang memanfaatkan proses fisika awan untuk mengurangi curah hujan. Dalam operasi ini, garam disebar di awan dengan tujuan untuk mempercepat proses pembentukan butiran air hujan yang lebih besar dan berat. Butiran air hujan yang lebih besar ini akan lebih mudah jatuh ke bumi, sehingga diharapkan dapat mengurangi intensitas hujan di wilayah target.
Proses penyemaian garam ini dilakukan secara cermat dan terukur. TNI AU bekerja sama dengan BMKG untuk memonitor kondisi cuaca dan menentukan lokasi penyemaian yang paling efektif. Data yang dikumpulkan dari proses ini akan terus dianalisa untuk meningkatkan efektivitas operasi di masa mendatang.
Menurut data yang disampaikan Kadispenau, hingga tanggal 13 Maret 2025, telah dilakukan 18 sorties penerbangan dan telah disebar sebanyak 35,5 ton garam. Hal ini menunjukkan komitmen TNI AU untuk menjalankan misi pengendalian cuaca dengan maksimal.
Kerja Sama Antar Lembaga untuk Penanggulangan Bencana
Kerjasama antara TNI AU dan BMKG menjadi kunci keberhasilan operasi modifikasi cuaca ini. BMKG menyediakan data dan informasi cuaca yang akurat, sementara TNI AU menyediakan pesawat dan personil yang terlatih untuk melaksanakan penyemaian garam. Kolaborasi ini menunjukkan pentingnya sinergi antar lembaga pemerintah dalam menghadapi tantangan bencana alam.
Keberhasilan operasi ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam mengurangi risiko banjir di Jabodetabek. Namun, perlu diingat bahwa modifikasi cuaca bukanlah solusi tunggal untuk mengatasi masalah banjir. Upaya lain seperti pengelolaan tata ruang, pembangunan infrastruktur, dan peningkatan kesadaran masyarakat juga tetap diperlukan.
TNI AU berkomitmen untuk terus mendukung pemerintah dalam upaya mitigasi bencana. Operasi modifikasi cuaca ini merupakan salah satu contoh nyata dari kontribusi TNI AU dalam menjaga keselamatan dan keamanan masyarakat Indonesia.
Pihak TNI AU memastikan akan terus memaksimalkan misi pengendalian cuaca hingga batas waktu yang telah ditentukan, yaitu tanggal 20 Maret 2025. Semoga upaya ini dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mengurangi dampak buruk dari curah hujan tinggi di wilayah Jabodetabek.