BPH Migas dan DPR Pantau Proyek Pipa Gas Cirebon-Semarang: Integrasi Jaringan Energi Nasional
BPH Migas, Komisi XII DPR, dan Ditjen Migas memantau proyek pipa gas Cirebon-Semarang untuk memastikan keandalan distribusi gas dan integrasi jaringan energi nasional.

Jakarta, 26 April 2025 - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Komisi XII DPR, dan Ditjen Migas Kementerian ESDM melakukan kunjungan lapangan untuk memantau pembangunan infrastruktur pipa transmisi gas ruas Cirebon-Semarang (Cisem). Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan keandalan penyaluran gas bumi di Indonesia dan mendukung optimalisasi pemanfaatan sumber daya energi nasional. Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari anggota komite BPH Migas hingga anggota Komisi XII DPR, serta perwakilan dari PT Pertamina Gas.
Kunjungan tersebut dilakukan di beberapa lokasi penting, termasuk PT Pertamina Gas Operation East Java Area Onshore Receiving Facility (ORF) Tambak Rejo di Semarang, Jawa Tengah, dan Offtake Station Batang di Kawasan Industri Terpadu Batang. Pihak-pihak terkait menekankan pentingnya proyek pipa Cisem, baik tahap I maupun tahap II, dalam rangka mewujudkan integrasi jaringan pipa gas bumi di Pulau Jawa, bahkan hingga ke Sumatera.
Anggota Komite BPH Migas, Harya Adityawarman atau Didit, menyatakan bahwa pembangunan pipa Cisem tahap II, yang membentang sepanjang 245 kilometer dari Batang, Cirebon hingga Kandang Haur Timur, sangat krusial. Proyek ini diharapkan rampung pada awal 2026 dan akan semakin mengoptimalkan pengaliran gas bumi di Indonesia. Didit juga menekankan pentingnya integrasi jaringan pipa gas bumi, menghubungkan Jawa Timur hingga Jawa Barat, dan bahkan hingga Sumatera jika proyek pipa transmisi Dumai-Sei Mangkei selesai.
Pemantauan Infrastruktur Pipa Cisem Tahap I dan II
BPH Migas secara aktif mendorong optimalisasi pemanfaatan pipa Cisem tahap I dan percepatan pembangunan tahap II. Anggota Komite BPH Migas, Iwan Prasetya Adhi, menjelaskan bahwa pelayanan penyaluran gas bumi yang berkelanjutan sangat penting untuk mendukung kegiatan industri, memberikan harga kompetitif, dan meningkatkan daya saing industri nasional. Saat ini, pengaliran gas bumi melalui pipa Cisem tahap I mencapai hampir 10 MMSCFD, yang disalurkan ke berbagai kawasan industri di Jawa Tengah.
Beberapa kawasan industri yang mendapatkan pasokan gas bumi melalui pipa Cisem antara lain Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Kawasan Industri Kendal (KIK), Kawasan Industri Wijaya Kusuma, dan Kawasan Industri Tambakaji. Gas bumi juga dimanfaatkan untuk jaringan gas bumi (jargas) di Tambakaji. Pembangunan infrastruktur ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan industri di wilayah tersebut.
Wakil Ketua Komisi XII DPR, Sugeng Suparwoto, menyoroti Offtake Station Batang di KITB sebagai bagian dari pembangunan pipa Cisem tahap I yang dibiayai APBN. Ia menekankan pentingnya pembangunan pipa distribusi ke kawasan industri, selain pipa transmisi, sebagai bentuk komitmen untuk mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi nasional. Pipa ini, menurut Sugeng, menjadi urat nadi pemanfaatan energi yang akan terkoneksi dari Jawa Timur hingga Sumatera.
Integrasi Jaringan Pipa Gas Bumi untuk Ketahanan Energi
Proyek pipa Cisem merupakan bagian penting dari upaya pemerintah untuk meningkatkan ketahanan energi nasional. Integrasi jaringan pipa gas bumi akan memastikan pasokan gas yang andal dan efisien ke berbagai sektor industri, serta meningkatkan daya saing industri dalam negeri. Dengan terhubungnya jaringan pipa gas dari Jawa Timur hingga Sumatera, Indonesia diharapkan dapat lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan energi.
Pemantauan bersama oleh BPH Migas, DPR, dan Ditjen Migas menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengawasi dan memastikan kelancaran proyek strategis nasional ini. Hal ini juga menunjukkan pentingnya kolaborasi antar lembaga pemerintah dan swasta dalam mewujudkan target ketahanan dan kemandirian energi.
Pembangunan pipa Cisem tahap II diharapkan dapat selesai sesuai target, sehingga dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan pasokan gas bumi dan mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Proyek ini juga akan memperkuat konektivitas jaringan energi nasional, menghubungkan berbagai wilayah di Indonesia dan memastikan akses yang merata terhadap sumber daya energi.