BRIN Optimalkan Kerja Sama Riset untuk Efisiensi Anggaran 2025
BRIN mengoptimalkan kerja sama riset dengan berbagai pihak, termasuk IAEA dan industri, untuk meningkatkan efisiensi anggaran dan mengembangkan ekosistem riset terbuka.

Jakarta, 17 Februari 2024 - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menerapkan strategi kolaboratif untuk menghadapi tantangan efisiensi anggaran di Tahun Anggaran (TA) 2025. Langkah ini melibatkan kerja sama riset yang dioptimalkan dengan berbagai pihak, baik dalam negeri maupun internasional, demi memastikan kelancaran program riset nasional.
Salah satu contoh nyata dari strategi ini terlihat pada proyek riset tenaga nuklir. BRIN menjalin kerja sama erat dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dan berbagai industri terkait. Hal ini memungkinkan akses terhadap sumber daya dan pendanaan tambahan, sehingga meringankan beban anggaran pemerintah.
Kerja Sama Internasional dan Efisiensi Anggaran
"Ini termasuk kegiatan kita yang memang bertujuan untuk efisiensi anggaran. Ada pendanaan dari IAEA sendiri," jelas Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Anugerah Widiyanto, dalam konferensi pers di Jakarta.
Anugerah juga menyampaikan bahwa BRIN telah mengonfirmasi IAEA terkait dampak kebijakan internasional, termasuk kebijakan Presiden AS Donald Trump yang sempat menghentikan bantuan asing. "Mereka bilang (kebijakan tersebut) enggak terlalu berdampak (kepada IAEA)," tambahnya.
Ekosistem Riset Terbuka: Solusi Jangka Panjang
Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN, Syaiful Bakhri, memaparkan konsep open platform yang diadopsi BRIN. Platform ini menghubungkan akademisi, universitas, lembaga riset seperti BRIN, dan industri. Tujuannya adalah membangun ekosistem riset yang kolaboratif dan saling menguntungkan.
Syaiful menambahkan bahwa open platform ini memiliki cakupan yang luas, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga direncanakan untuk berkembang di regional dan internasional. "Jadi masalah pendanaan ya bukan kendala bagi kita dengan open platform ini," tegasnya.
Hibah Teknologi dan Pertukaran Sumber Daya
Sebagai contoh konkret, Syaiful mencontohkan hibah electron beam berkekuatan 2,5 mega electron volt (MeV) dari IAEA kepada BRIN. Nilai hibah ini diperkirakan mencapai Rp15-20 miliar. Hibah ini merupakan bukti nyata manfaat kerja sama internasional dalam pengembangan riset di Indonesia.
Lebih lanjut, Syaiful menjelaskan, "Ya, paling tidak dengan cara seperti ini, kalau kita kekurangan sumber daya manusia, ya mereka bisa masuk ke kita, atau kita bisa berkirim ke luar. Atau kalau mereka butuh fasilitas untuk riset, mereka juga bisa menggunakan fasilitas kita, baik itu regional maupun internasional."
Kesimpulannya, strategi BRIN dalam mengoptimalkan kerja sama riset menunjukkan komitmen untuk mencapai efisiensi anggaran tanpa mengorbankan kualitas dan kemajuan riset di Indonesia. Model kolaborasi yang terbuka dan inklusif ini berpotensi besar untuk mendorong inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan di masa depan.