Cegah Perundungan di Sekolah: Sistem Pelaporan yang Bijak dan Efektif
Psikolog Sani Budiantini menyarankan sekolah menerapkan sistem pelaporan perundungan yang bijak, melibatkan orang tua, dan pengawasan ketat guna mencegah perundungan berulang.

Jakarta, 18 Januari 2024 - Perundungan di sekolah menjadi perhatian serius. Psikolog anak, remaja, dan keluarga, Sani Budiantini, S.Psi., Psi., memberikan saran penting terkait penerapan sistem pelaporan perundungan yang efektif dan bijaksana di lingkungan pendidikan.
Menurut Sani, lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani, sekolah perlu menyediakan saluran pelaporan yang aman dan anonim. Contohnya, kotak pengaduan atau sistem daring yang memungkinkan siswa melaporkan kejadian perundungan tanpa takut identitasnya terungkap. Hal ini penting agar siswa merasa aman dan nyaman untuk melapor.
Namun, Sani menekankan pentingnya penanganan yang bijak dan tuntas. Guru BK, khususnya, harus mampu memahami perspektif korban dan pelaku perundungan. Persepsi yang berbeda antara guru dan siswa dapat menyebabkan penanganan yang tidak efektif dan berpotensi membuat perundungan berulang. Empati dan pemahaman mendalam sangat krusial dalam proses ini.
Lebih lanjut, Sani menyoroti peran penting orang tua dalam membangun sistem pendukung penanganan perundungan. Keterlibatan aktif orang tua dapat memberikan dukungan yang komprehensif bagi korban dan membantu mencegah perundungan di masa mendatang. Selain itu, menurut Sani, mediator sebaya juga berperan penting dalam mendampingi korban selama proses pemulihan.
Pengawasan lingkungan sekolah juga menjadi kunci penting. Sekolah disarankan untuk meningkatkan pengawasan melalui CCTV, petugas keamanan, dan guru yang berpatroli secara berkala. Area-area rawan, seperti tempat berkumpulnya siswa di luar jam pelajaran, perlu mendapat perhatian lebih untuk mencegah terjadinya perundungan. Hal ini akan menciptakan lingkungan yang lebih aman dan terkontrol.
Sosialisasi pencegahan perundungan juga harus dilakukan secara berkelanjutan. Program 'stop bullying' harus diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah dan disampaikan secara rutin kepada seluruh siswa. Pentingnya membangun kesadaran akan dampak negatif perundungan dan cara mencegahnya sejak dini sangat ditekankan.
Kesimpulannya, mencegah dan menangani perundungan di sekolah membutuhkan pendekatan holistik. Sistem pelaporan yang bijak, keterlibatan orang tua dan guru BK yang empati, pengawasan lingkungan yang ketat, dan sosialisasi berkelanjutan adalah kunci untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan bebas dari perundungan.