Dari Pengantar Jamaah hingga Wamenag: Kisah Inspiratif Romo Syafi'i
Perjalanan hidup Romo Syafi'i, dari seorang pengantar jamaah haji yang sederhana hingga menjadi Wakil Menteri Agama, penuh inspirasi dan pengabdian.

Wakil Menteri Agama (Wamenag) Romo Muhammad Syafi’i membagikan kisah inspiratifnya, dari seorang pengantar jamaah haji di Medan hingga kini menjabat sebagai pejabat tinggi di Kementerian Agama. Perjalanan spiritualnya dimulai pada tahun 1995 saat ia pertama kali menunaikan ibadah haji di usia 36 tahun. Bukan sebagai pejabat, melainkan sebagai jamaah biasa yang selama bertahun-tahun hanya mengantar calon haji.
Pertama kali melihat Ka’bah, Romo Syafi’i menangis tersedu-sedu. Tangis harunya bukan hanya karena melihat langsung rumah Allah, tetapi juga karena terbayang perjuangan Rasulullah SAW dalam berdakwah. Ia terharu mengingat betapa kerasnya perjuangan Nabi dalam menyampaikan risalah Islam di tengah penolakan dan tekanan. Tangisnya berlanjut saat berada di Arafah dan Muzdalifah, mengungkapkan kedalaman spiritualitasnya.
Lebih mengejutkan lagi, dalam ibadah haji pertamanya, Romo Syafi'i dipercaya menjadi Wakil Ketua Rombongan (Wakarom). Ia melayani puluhan jamaah haji, sebagian besar lanjut usia, dengan penuh dedikasi. Ia tidak hanya memberikan perintah, tetapi juga ikut memanggul koper, memastikan jamaah naik bus dengan selamat, bahkan tetap bertugas di tengah suhu ekstrem hampir 50 derajat Celcius meskipun mengalami mimisan. Semuanya ia lakukan dengan niat tulus untuk melayani.
Dari Pelayanan kepada Jamaah Hingga Jabatan Tinggi
Pengalaman spiritual yang mendalam selama berhaji membentuk filosofi hidup dan pelayanan Romo Syafi'i. Ia percaya bahwa tidak ada satu pun ucapan, tindakan, atau niat manusia yang luput dari pengawasan Allah. Prinsip ini selalu ia pegang teguh, bahkan saat menjabat sebagai Wamenag. Ia kerap dianggap terlalu vokal dan berani, namun ia menegaskan bahwa itu bukan soal keberanian, melainkan penegakan kebenaran.
Romo Syafi'i menyatakan, "Saya hanya tak bisa menyembunyikan kebenaran. Kebenaran harus ditegakkan." Sikap tegasnya ini mencerminkan komitmennya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Pengalamannya sebagai pengantar jamaah haji telah membentuk karakternya yang rendah hati dan selalu mengutamakan pelayanan.
Sebagai Wamenag, Romo Syafi'i menyadari betapa beratnya tugas para petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Ia menyampaikan apresiasi dan penghormatannya kepada para petugas yang telah bertugas melayani tamu Allah. Ia menekankan pentingnya keikhlasan dalam melayani jamaah haji, karena tidak semua orang mendapat kesempatan mulia tersebut.
Keikhlasan dalam Pelayanan: Sebuah Jalan yang Tak Selalu Mudah
Romo Syafi'i menyampaikan pesan menyentuh kepada para petugas PPIH: "Semoga dengan keikhlasan yang bapak/ibu tanamkan, Allah akan membalasnya dengan apa yang selama ini menjadi impian kita." Pesan ini menyentuh hati para petugas PPIH, mengingat jalan menuju keikhlasan memang tidak selalu mudah, tetapi di situlah letak kemuliaannya.
Kisah Romo Syafi'i menjadi inspirasi bagi banyak orang. Perjalanannya dari seorang pengantar jamaah haji hingga menjadi Wamenag menunjukkan bahwa keikhlasan dan dedikasi dalam melayani sesama akan membawa berkah dan keberuntungan. Ia membuktikan bahwa kesuksesan sejati bukan hanya diukur dari jabatan, tetapi juga dari dampak positif yang diberikan kepada orang lain.
Dari pengalamannya, Romo Syafi’i mengingatkan kita semua akan pentingnya nilai-nilai keikhlasan, kejujuran, dan dedikasi dalam setiap pekerjaan, apapun jabatan dan posisi kita. Kisah hidupnya menjadi bukti nyata bahwa setiap langkah yang dilalui dengan niat tulus akan membawa hasil yang luar biasa.
Romo Syafi'i memberikan contoh nyata tentang bagaimana seseorang dapat mencapai posisi yang tinggi dengan tetap memegang teguh nilai-nilai luhur dan keikhlasan dalam melayani sesama. Ia adalah inspirasi bagi generasi muda untuk selalu berjuang dan berdedikasi dalam mengabdi kepada bangsa dan negara.