Desa Sungkung, Bengkayang: Mikrohidro Mencerahkan Desa dan Melestarikan Hutan
Desa Sungkung di Bengkayang, Kalimantan Barat, yang dulunya gelap gulita, kini terang benderang berkat listrik mikrohidro, sekaligus menjaga kelestarian hutan.

Desa Sungkung, sebuah desa terpencil di perbatasan Indonesia-Malaysia, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, telah mengalami transformasi luar biasa. Dahulu gelap dan terisolasi tanpa akses listrik memadai, kini desa ini terang benderang berkat Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh). Listrik mikrohidro tidak hanya menerangi kehidupan warga, tetapi juga mendorong kemajuan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Masyarakat Desa Sungkung sebelumnya hanya mengandalkan lampu minyak atau api unggun untuk penerangan. Namun, sejak kehadiran PLTMh pada tahun 2017, kehidupan mereka berubah drastis. Anak-anak dapat belajar lebih baik, ibu-ibu lebih efisien dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan warga dapat menikmati fasilitas modern seperti televisi dan internet. Kehadiran listrik ini menjawab pertanyaan "Bagaimana" desa terpencil dapat menikmati kemajuan tanpa merusak lingkungan.
PLTMh di Desa Sungkung dibangun sebagai solusi atas keterbatasan akses listrik dan mahalnya biaya penggunaan generator diesel yang tidak ramah lingkungan. Pemerintah Kabupaten Bengkayang dan pemerintah desa berkolaborasi melakukan survei dan studi kelayakan pada tahun 2015, kemudian pembangunan dimulai dengan pendanaan dari Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDesa). Proses pembangunan, yang melibatkan masyarakat setempat dan tim ahli, memakan waktu beberapa bulan dan rampung pada tahun 2017 di Dusun Senoleng, kemudian berlanjut ke dusun lainnya hingga 2021.
Transformasi Desa Sungkung Berkat Listrik Mikrohidro
Listrik mikrohidro telah membawa dampak positif signifikan bagi Desa Sungkung. Warga dapat membeli peralatan elektronik rumah tangga, meningkatkan taraf hidup, dan memulai usaha-usaha baru. Pengeluaran untuk penerangan pun turun drastis; dari ratusan ribu rupiah per bulan untuk minyak tanah atau generator diesel, kini hanya berkisar Rp130.000-Rp150.000 per bulan untuk pemakaian elektronik lengkap.
Kehadiran listrik mikrohidro juga berdampak pada perekonomian desa. Masyarakat dapat mengembangkan usaha kecil, seperti warung, kerajinan tangan, dan pengolahan hasil pertanian. Hal ini menunjukkan bagaimana akses energi dapat menjadi penggerak kemajuan ekonomi di daerah pedesaan.
PLTMh tidak hanya memberikan akses energi yang terjangkau dan ramah lingkungan, tetapi juga mendorong kemandirian energi di Desa Sungkung. Warga tidak lagi bergantung pada sumber energi yang mahal dan tidak berkelanjutan. Mereka telah membuktikan bahwa kemandirian energi dapat dicapai di daerah terpencil sekalipun.
PLTMh: Solusi Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan
Menurut Hatari, pemerhati lingkungan dan ketua komunitas pencinta alam Tana' Panyanggar Kalbar, PLTMh merupakan sumber energi baru terbarukan yang layak disebut energi bersih. Pembangunan PLTMh sangat penting untuk mengatasi krisis energi dan meningkatkan rasio kelistrikan di daerah terpencil.
PLTMh juga membantu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap pasokan listrik dari negara tetangga, khususnya Malaysia. Hal ini penting untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi di Kalimantan Barat. Selain itu, biaya pembangunan, operasional, dan perawatan PLTMh lebih murah dibandingkan dengan menggunakan mesin diesel.
Lebih lanjut, kemudahan mendapatkan suku cadang PLTMh di Indonesia menjadi nilai tambah. Yang terpenting, pemanfaatan PLTMh mendorong masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Dengan menjaga hutan di hulu, aliran sungai tetap terjaga, memastikan keberlanjutan energi mikrohidro ini. Ini adalah contoh nyata bagaimana energi terbarukan dapat beriringan dengan pelestarian lingkungan.
Desa Sungkung telah menjadi contoh inspiratif bagi desa-desa lain di Indonesia. Keberhasilan ini membuktikan bahwa listrik mikrohidro dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah terpencil, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Model pembangunan yang berkelanjutan ini patut ditiru dan dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia.