Deteksi Dini Glaukoma: Cegah Kebutaan Sebelum Terlambat
Glaukoma, penyakit mata yang seringkali tanpa gejala, mengancam jutaan orang dengan kebutaan; deteksi dini sangat penting untuk mencegah kerusakan permanen.

Jakarta, 13 Maret 2025 - Sebuah peringatan serius disampaikan oleh dr. Iwan Soebijantoro, Konsultan Oftalmologi Jakarta Eye Center (JEC), terkait glaukoma, penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan. Penyakit ini seringkali muncul tanpa gejala, sehingga deteksi dini menjadi sangat krusial untuk mencegah kerusakan penglihatan permanen. Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2023 menunjukkan angka yang mengkhawatirkan: dari 39 juta kasus kebutaan global, 3,2 juta disebabkan oleh glaukoma, dengan prevalensi mencapai 0,46 persen di Indonesia.
"Glaukoma merupakan penyakit mata yang sering kali berkembang tanpa gejala di tahap awal," jelas dr. Iwan kepada wartawan dalam rangka 'World Glaucoma Week 2025'. "Banyak penderita baru menyadari ketika sudah mengalami gangguan penglihatan yang permanen, sehingga perlu deteksi dini." Kurangnya gejala inilah yang membuat banyak kasus glaukoma (sekitar 80 persen) baru terdiagnosis secara tidak sengaja saat pemeriksaan mata rutin. Hal ini menyoroti pentingnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeriksaan mata berkala.
Meskipun sebagian besar kasus glaukoma tidak menunjukkan gejala, dr. Iwan menjelaskan bahwa glaukoma akut dapat menimbulkan gejala yang cukup serius. "Namun, dalam kasus glaukoma akut, gejala seperti sakit kepala hebat, pandangan tiba-tiba kabur, mual, muntah, dan nyeri mata intens dapat muncul," katanya. Pada kondisi ini, waktu menjadi sangat terbatas. "Pasien hanya memiliki waktu 2 x 24 jam untuk menurunkan tekanan bola mata sebelum kerusakan menjadi permanen," tegasnya.
Deteksi Dini dan Teknologi Modern
Pemeriksaan mata berkala sangat dianjurkan, terutama bagi individu dengan faktor risiko seperti usia di atas 40 tahun, riwayat keluarga dengan glaukoma, diabetes, atau tekanan bola mata tinggi. Meskipun glaukoma tidak dapat disembuhkan, penanganan dini dapat memperlambat perkembangan penyakit dan mencegah kebutaan. Beruntung, teknologi modern telah memberikan kemajuan signifikan dalam deteksi dini glaukoma.
dr. Widya Artini Wiyogo, Head of Glaucoma Service JEC, menjelaskan beberapa teknologi yang digunakan untuk mendeteksi glaukoma secara lebih cepat dan akurat. Teknologi ini meliputi Optical Coherence Tomography (OCT), sebuah pemindaian non-invasif yang menampilkan ketebalan saraf optik untuk mendeteksi tanda-tanda awal glaukoma. Selain itu, terdapat tes lapangan penglihatan (Perimetri) untuk mengidentifikasi kehilangan penglihatan perifer, gejala khas glaukoma.
Teknologi lain yang digunakan adalah Tonometri Non-Kontak (Air Puff Test) dan Goldmann Applanation Tonometry, teknik modern untuk mengukur tekanan bola mata dengan lebih akurat. Gonioskopi juga berperan penting, yaitu pemeriksaan untuk menilai sudut drainase mata guna menentukan jenis glaukoma yang diderita pasien. Dengan teknologi-teknologi ini, deteksi dini glaukoma menjadi lebih mudah dan akurat.
JEC sendiri berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran dan akses terhadap layanan kesehatan mata. "Sebagai salah satu jaringan rumah sakit mata terkemuka di Indonesia, JEC berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran dan akses terhadap layanan kesehatan mata. Melalui kampanye edukatif dan fasilitas pemeriksaan yang lengkap, JEC berharap dapat membantu lebih banyak masyarakat dalam mendeteksi dan mengelola glaukoma lebih awal," papar dr. Widya.
Upaya JEC dalam Pencegahan Kebutaan
Sebagai bagian dari komitmen tersebut, JEC telah meluncurkan tahap kedua program CSR berupa operasi implan glaukoma gratis bagi 100 pasien. Program ini dilaksanakan di hampir seluruh cabang JEC di Indonesia, memberikan kesempatan bagi pasien dengan keterbatasan akses untuk mendapatkan pengobatan yang efektif dan mencegah kebutaan akibat glaukoma. Inisiatif ini menunjukkan kepedulian JEC terhadap kesehatan mata masyarakat Indonesia.
Kesimpulannya, glaukoma merupakan ancaman serius yang dapat dicegah dengan deteksi dini. Pemeriksaan mata berkala, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko, sangat penting untuk mendeteksi glaukoma sejak dini. Dengan kemajuan teknologi dan komitmen dari lembaga kesehatan seperti JEC, harapan untuk mencegah kebutaan akibat glaukoma semakin besar. Kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini merupakan kunci utama dalam upaya ini.