Dosen UIR Raih Gelar Doktor di Hongaria, Teliti Solusi Kolaboratif Atasi Karhutla
Agung Wicaksono, dosen UIR, meraih gelar doktor di Hongaria dengan riset kolaborasi penanggulangan karhutla di Indonesia, menemukan tantangan dan memberikan rekomendasi kebijakan.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, Bagaimana? Agung Wicaksono, dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Islam Riau (UIR), meraih gelar Doktor di Doctoral School of International Relations and Political Science, Corvinus University of Budapest, Hongaria pada April 2024. Ia meneliti pendekatan kolaboratif dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia untuk memberikan kontribusi nyata dalam penguatan kebijakan publik, khususnya dalam penanggulangan karhutla yang berkelanjutan. Riset ini penting karena karhutla menimbulkan dampak besar, seperti kerusakan lingkungan dan krisis asap. Penelitian ini dilakukan karena pendekatan kolaboratif dinilai sebagai kunci untuk mengatasi kompleksitas masalah karhutla.
Riset doktoral Agung yang berjudul “Forging a Fire-Free Future: Examining Collaborative Governance Approaches to Tackle Forest and Land Fires in Indonesia” menganalisis dinamika tata kelola lintas pemangku kepentingan dalam mengurangi risiko dan dampak karhutla. Ia meneliti bagaimana kolaborasi, yang mulai terstruktur sejak 2016 pasca kebakaran besar 2015, berkontribusi dalam penanggulangan karhutla. Penelitian ini penting karena menawarkan solusi berbasis kolaborasi untuk masalah yang kompleks dan berdampak luas.
Agung, dalam usia 30 tahun, berhasil menyelesaikan pendidikan doktoralnya. Prestasi ini menunjukkan dedikasi dan komitmennya dalam berkontribusi pada solusi permasalahan nasional. Penelitiannya memberikan wawasan berharga bagi pengembangan kebijakan dan strategi penanggulangan karhutla di Indonesia. Ia berharap risetnya dapat memberikan dampak positif bagi Indonesia.
Analisis Kolaborasi Penanggulangan Karhutla
Disertasi Agung menelaah bagaimana kolaborasi antar pemangku kepentingan, yang dimulai setelah kebakaran hebat tahun 2015 yang menghanguskan 2,6 juta hektar lahan, telah membentuk strategi penanggulangan karhutla. Ia mencatat peran penting Badan Restorasi Gambut (kini BRGM) dalam memperbaiki kerusakan ekosistem gambut. Sistem pemantauan seperti Sipongi dan integrasi antar lembaga juga menjadi fokus penelitian.
Penelitian ini juga menyoroti peran penting keterlibatan aparat keamanan hingga ke desa-desa rawan kebakaran. Kolaborasi ini menunjukkan upaya multi-sektoral dalam mengatasi masalah karhutla. Namun, penelitian ini juga mengungkap tantangan yang dihadapi dalam upaya kolaboratif ini.
Beberapa kendala yang diidentifikasi meliputi rendahnya kapasitas dan pemahaman aktor lokal, keterbatasan sumber daya keuangan, serta lemahnya akuntabilitas dan transparansi. Selain itu, masalah di luar skema kolaborasi, seperti penegakan hukum yang lemah dan korupsi di sektor kehutanan, juga menjadi penghambat utama.
Agung menekankan pentingnya keseimbangan antara insentif dan sanksi untuk mendorong praktik berkelanjutan. Ia juga menyoroti perlunya tata kelola yang kuat dan adil untuk mendukung efektivitas kolaborasi.
Rekomendasi Kebijakan untuk Penanggulangan Karhutla
Berdasarkan temuannya, Agung memberikan lima rekomendasi utama untuk memperkuat tata kelola kolaboratif dalam penanggulangan karhutla. Pertama, pemberian insentif kepada petani dan perusahaan untuk mendorong praktik pertanian berkelanjutan. Kedua, penerapan sanksi yang adil dan proporsional terhadap pelanggaran.
Ketiga, penguatan kelembagaan penegakan hukum dengan peningkatan kapasitas dan transparansi. Keempat, konsolidasi regulasi dari tingkat pusat hingga daerah untuk menghindari tumpang tindih. Kelima, pelatihan teknis dan apresiasi bagi aktor yang aktif dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
Agung menekankan pentingnya pendekatan yang seimbang antara insentif dan sanksi untuk mendorong perilaku berkelanjutan. Menurutnya, kolaborasi hanya efektif jika didukung oleh tata kelola yang kuat dan adil. Rekomendasi ini menawarkan kerangka kerja yang komprehensif untuk mengatasi karhutla di Indonesia.
Aktivitas di Luar Akademik
Selain aktivitas akademiknya, Agung aktif dalam berbagai organisasi kemasyarakatan. Ia pernah menjabat sebagai Ketua PPI Hongaria (2021), Ketua Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Budapest (2024), dan saat ini menjabat sebagai Sekretaris Umum KAHMI Eropa Raya periode 2022-2027. Pengalaman ini menunjukkan komitmennya dalam berkontribusi bagi masyarakat.
Penelitian Agung Wicaksono memberikan kontribusi penting bagi upaya penanggulangan karhutla di Indonesia. Rekomendasi kebijakan yang diajukannya diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam menciptakan masa depan bebas kebakaran hutan dan lahan.