DPR Dorong Ekosistem Kendaraan Listrik, Kunjungi Pabrik Hyundai di Bekasi
Komisi VII DPR RI mengunjungi PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) di Bekasi untuk mendorong pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, sekaligus mencari solusi atas kendala yang dihadapi.
Kabupaten Bekasi, 6 Februari 2024 - Komisi VII DPR RI melakukan kunjungan kerja ke pabrik PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) di kawasan industri GIIC, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Kunjungan ini bertujuan utama untuk mendorong percepatan perkembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Para anggota Komisi mengunjungi area produksi, melihat langsung hasil produksi Hyundai, dan berdiskusi dengan manajemen HMMI serta Kementerian Perindustrian.
Subsidi BBM dan Potensi Kendaraan Listrik
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Lamhot Sinaga, menjelaskan alasan di balik dorongan kuat terhadap pengembangan kendaraan listrik. "Kenapa perlu kita mendorong kendaraan listrik? Karena energi fosil terbatas, dan subsidi negara sangat besar untuk ini," ujar Lamhot. Beliau memaparkan bahwa pada periode pemerintahan sebelumnya, subsidi BBM mencapai Rp500 triliun per tahun, dengan 70 persennya digunakan untuk sektor darat. "20 persen APBN habis dibakar," tambahnya, menekankan urgensi peralihan ke kendaraan listrik sebagai solusi.
Lamhot melihat Hyundai sebagai pelopor di Indonesia, dan berharap kehadiran lebih banyak merek kendaraan listrik dapat secara signifikan mengurangi beban subsidi BBM. Meskipun mengakui tantangannya, baik di Indonesia maupun negara lain, Komisi VII mendorong Hyundai untuk meningkatkan produksi dan pemasaran kendaraan listrik guna menggantikan kendaraan berbahan bakar minyak.
Apresiasi dan Solusi Bersama
Lamhot mengapresiasi kontribusi HMMI sebagai pelopor ekosistem kendaraan listrik berkelanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam Indonesia, khususnya nikel sebagai bahan baku baterai. "Indonesia penghasil nikel terbesar di dunia, terima kasih kepada Hyundai atas pemakaian nikel," katanya. Kunjungan ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi kendala yang menghambat adopsi kendaraan listrik secara signifikan, dan mencari solusi bersama pemerintah.
President Director of HMMI, Lee Bong Kyu, menyambut baik kunjungan tersebut dan menegaskan komitmen perusahaan untuk bersinergi dengan pemerintah Indonesia. "Misi kami tidak hanya menjual mobil, tetapi juga bersinergi dan bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia. Menciptakan lapangan pekerjaan yang semakin luas bagi pemuda lokal, mengembangkan teknologi terbaik sehingga mampu menciptakan kemajuan teknologi bagi Indonesia," jelasnya.
Komitmen Lokal dan Dukungan Regulasi
HMMI berkomitmen menggunakan bahan baku dan suku cadang lokal hingga 80 persen, memberikan pelatihan bagi tenaga kerja lokal, dan mengoptimalkan program tanggung jawab sosial lingkungan. "Bahan baku kami 80 persen sudah sepenuhnya buatan lokal. Kami juga sudah berinvestasi langsung di sini, membangun pabrik di sini, memproduksi dari baterai hingga mobil jadi memakai bahan lokal," kata Lee Bong Kyu. Namun, HMMI juga meminta dukungan regulasi dari pemerintah untuk memperlancar operasional.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian RI, Mahardi Tunggul Wicaksono, menekankan pentingnya kerja sama berbagai pihak dalam pengembangan industri kendaraan listrik. "Kami selaku regulator tidak bisa berpikir dan berdiri sendiri, menyusun regulasi kendaraan listrik. Pertumbuhan ekosistem ini meski belum signifikan dibandingkan penjualan kendaraan BBM namun bisa menjadi acuan ke depan. Hyundai merupakan pelopor kendaraan listrik, kebijakan-kebijakan ke depan tentu mendukung perkembangan kendaraan listrik," ujarnya.
Kesimpulan
Kunjungan Komisi VII DPR RI ke PT HMMI menandai komitmen serius pemerintah dalam mendorong pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Kerja sama antara pemerintah, produsen, dan seluruh pemangku kepentingan sangat krusial untuk mengatasi kendala dan mempercepat adopsi kendaraan listrik, demi mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.