Percepatan Transisi Energi: Kunci Kedaulatan Energi Indonesia
Ekonom Defiyan Cori menekankan percepatan transisi energi, khususnya melalui elektrifikasi, sebagai kunci utama kedaulatan dan ketahanan energi nasional Indonesia, ditunjang oleh pertumbuhan signifikan infrastruktur pendukung kendaraan listrik.

Jakarta, 17 Februari 2025 - Ekonom Defiyan Cori menegaskan bahwa percepatan transisi energi, terutama melalui program elektrifikasi besar-besaran, merupakan kunci untuk mencapai kedaulatan dan ketahanan energi nasional Indonesia. Hal ini disampaikannya seiring dengan dibukanya Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025 di Jakarta.
Pentingnya Transisi Energi di IIMS 2025
Defiyan melihat IIMS 2025 sebagai momentum penting dalam mendorong transisi energi. Menurutnya, pameran otomotif ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke solusi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan, terutama melalui pengembangan kendaraan listrik. Ia menekankan perlunya swasembada energi dalam menghadapi dinamika global yang tidak menentu.
Pertumbuhan Infrastruktur Kendaraan Listrik
Data menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam infrastruktur pendukung kendaraan listrik di Indonesia. Jumlah stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) meningkat pesat, melonjak 300 persen dari sekitar 1.000 unit pada 2023 menjadi lebih dari 3.000 unit pada 2024. Demikian pula, fasilitas home charging services (HCS) mengalami pertumbuhan yang sama signifikan, meningkat dari 9.000 unit pada 2023 menjadi 28.000 unit pada 2024.
Peningkatan ini juga tercermin dalam konsumsi listrik. Konsumsi listrik untuk kendaraan listrik meningkat drastis dari 119.600 transaksi pada 2023 menjadi 402.509 transaksi pada 2024, atau naik 337 persen. Konsumsi listrik dari SPKLU juga naik 370 persen, dari 2,4 juta kilowatt hour (kWh) menjadi 9,1 juta kWh, sementara konsumsi listrik dari HCS meningkat 403 persen, dari 2,9 juta kWh menjadi 11,8 juta kWh.
Dukungan Kebijakan dan Insentif
Defiyan menekankan bahwa pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik ini memperkuat komitmen pemerintah dalam mencapai target net zero emissions (NZE) pada 2060, atau bahkan lebih cepat, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019. Namun, ia juga menyoroti perlunya dukungan kebijakan yang lebih luas, terutama dalam bentuk insentif.
Menurut Defiyan, insentif tambahan, seperti keringanan pajak pertambahan nilai (PPN) dan kemudahan investasi dalam pembangunan pabrik kendaraan listrik di seluruh Indonesia, sangat krusial untuk mendorong pertumbuhan ekosistem industri kendaraan listrik nasional. Perluasan insentif ini akan mempercepat laju transisi energi.
Sinergi dan Pengawasan
Dengan sinergi yang kuat antara kebijakan pemerintah, industri otomotif dalam negeri, dan mekanisme pengawasan yang ketat, transisi menuju energi bersih diharapkan dapat memperkuat kedaulatan energi nasional. Lebih dari itu, transisi ini berpotensi membuka lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif di seluruh Indonesia. Percepatan transisi energi bukan hanya soal teknologi, tetapi juga soal kebijakan yang tepat dan komprehensif.
Kesimpulan
Percepatan transisi energi merupakan langkah strategis bagi Indonesia untuk mencapai kedaulatan energi dan ketahanan ekonomi. Pertumbuhan infrastruktur pendukung kendaraan listrik dan komitmen pemerintah menunjukkan progres positif. Namun, perlu dukungan kebijakan yang lebih komprehensif, termasuk insentif yang lebih luas, untuk memastikan keberhasilan transisi ini dan mewujudkan target NZE.