Kisah Lakon Wahyu Cakraningrat: Wayang Kulit Lampung Selatan Jadi Simbol Membangun Peradaban
Bupati Lampung Selatan Radityo Egi Pratama menegaskan pagelaran Wayang Kulit Lampung Selatan dengan lakon Wahyu Cakraningrat adalah simbol penting membangun peradaban di tengah modernisasi.

Bupati Lampung Selatan, Radityo Egi Pratama, menyatakan bahwa pagelaran wayang kulit bukan sekadar seni, melainkan sebuah pelajaran hidup yang mendalam. Pernyataan ini disampaikan setelah beliau menghadiri acara perayaan Tahun Baru Islam 1447 Hijriah. Acara tersebut diselenggarakan di Desa Purwodadi Dalam, Kecamatan Tanjung Sari, Lampung Selatan.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Egi secara khusus menyoroti lakon "Wahyu Cakraningrat" yang dipentaskan. Menurutnya, lakon ini melambangkan tekad kuat untuk membangun peradaban yang kokoh. Hal ini bukan hanya tentang pembangunan infrastruktur fisik semata, tetapi juga pembangunan nilai-nilai luhur masyarakat.
Pagelaran seni tradisional ini menjadi momentum penting bagi masyarakat setempat. Ini menunjukkan komitmen dalam melestarikan warisan budaya Jawa di tengah gempuran modernisasi. Inisiatif warga Desa Purwodadi Dalam ini mendapat apresiasi tinggi dari pemerintah daerah.
Wayang Kulit: Simbol Kepemimpinan dan Peradaban di Lampung Selatan
Bupati Radityo Egi Pratama menjelaskan bahwa nuansa budaya dan spiritualitas terjalin harmonis dalam pagelaran wayang kulit yang digelar. Pertunjukan ini menyajikan cerita tentang kepemimpinan yang bijak dan bermoral. Lakon "Wahyu Cakraningrat" secara spesifik menggambarkan sosok pemimpin ideal.
Pemimpin yang digambarkan dalam lakon tersebut adalah pribadi yang bersih hati, adil, dan senantiasa berpihak kepada rakyat. Pesan moral ini relevan untuk diterapkan dalam konteks pembangunan daerah. Hal ini sejalan dengan visi pemerintah daerah dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.
Melalui pagelaran Wayang Kulit Lampung Selatan, masyarakat diajak untuk merenungkan nilai-nilai kepemimpinan. Seni pertunjukan ini berfungsi sebagai media edukasi dan refleksi. Ini memperkuat fondasi moral dan etika dalam kehidupan bermasyarakat.
Komitmen Pelestarian Budaya dan Pembangunan Merata
Bupati Egi Pratama sangat mengapresiasi inisiatif warga Desa Purwodadi Dalam yang konsisten melestarikan warisan budaya Jawa. Kegiatan ini, yang diselenggarakan secara swadaya, merupakan hasil nyata dari semangat gotong royong masyarakat. Ini menunjukkan kekuatan komunitas dalam menjaga identitas budaya mereka.
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan berkomitmen untuk terus melestarikan budaya leluhur. Selain itu, pemerintah juga bertekad mewujudkan pembangunan yang menyeluruh dan berkeadilan. Bupati menegaskan bahwa pembangunan jalan dirancang secara adil.
Seluruh 17 kecamatan di Lampung Selatan akan mendapatkan porsi pembangunan yang merata. Ini menunjukkan komitmen untuk pembangunan yang cepat dan inklusif. Pemerintah daerah berupaya memastikan bahwa tidak ada wilayah yang tertinggal dalam proses pembangunan.
Wayang Kulit: Identitas Budaya Masyarakat Purwodadi Dalam
Kepala Desa Purwodadi Dalam, Ngadiran, mengungkapkan bahwa tradisi Wayang Kulit telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas warga desanya. Mayoritas penduduk, sekitar 99 persen, adalah keturunan Jawa. Oleh karena itu, seni wayang kulit sangat melekat dalam kehidupan mereka.
Pagelaran wayang kulit merupakan tradisi tahunan yang dijaga dengan bangga oleh masyarakat setempat. Ini bukan hanya pertunjukan, tetapi juga perwujudan dari akar budaya yang kuat. Konsistensi dalam menjaga tradisi ini mencerminkan kecintaan mereka terhadap warisan leluhur.
Keberadaan tradisi ini juga memperkuat ikatan sosial antarwarga. Ini menjadi ajang silaturahmi dan kebersamaan. Dengan demikian, Wayang Kulit Lampung Selatan tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai perekat komunitas.