Indonesia Dorong Transisi Kendaraan Listrik: Solusi Ekonomi, Energi, dan Udara Bersih
Pemerintah Indonesia gencar mendorong peralihan ke kendaraan listrik untuk meningkatkan perekonomian, kemandirian energi, dan mengatasi polusi udara, ditandai dengan lonjakan penjualan hingga 70 persen di tahun 2023.

Jakarta, 24 April 2024 - Pemerintah Indonesia menekankan pentingnya transisi ke kendaraan listrik (EV) sebagai langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, mencapai kemandirian energi, dan memperbaiki kualitas udara. Hal ini disampaikan dalam forum RE Invest Indonesia di Jakarta. Inisiatif ini menjawab pertanyaan apa (transisi ke EV), siapa (pemerintah Indonesia), di mana (Indonesia), kapan (saat ini), mengapa (untuk pertumbuhan ekonomi, kemandirian energi, dan kualitas udara), dan bagaimana (melalui kebijakan insentif dan dukungan manufaktur).
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar Kementerian Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Rachmat Kaimuddin, memaparkan bahwa Indonesia merupakan produsen mobil utama di Asia Tenggara, memproduksi 1,4 juta unit per tahun, posisi kedua setelah Thailand. Transisi ke EV bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga kunci kemandirian energi. Saat ini, Indonesia masih mengimpor 60 persen minyak untuk sektor transportasi.
Dengan elektrifikasi transportasi, baik menggunakan listrik dari energi fosil maupun terbarukan, Indonesia dapat memaksimalkan pemanfaatan energi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor minyak. "Elektrifikasi transportasi sangat penting untuk program swasembada energi kami," tegas Rachmat.
Langkah Strategis Menuju Udara Bersih
Masalah polusi udara di Jakarta yang terjadi setiap tahun juga menjadi perhatian utama. Kendaraan bermotor berkontribusi signifikan terhadap polusi udara Jakarta, mencapai 40 hingga 60 persen. Oleh karena itu, transisi ke kendaraan listrik dipandang sebagai solusi konkret untuk mengatasi permasalahan ini.
Indonesia memiliki basis manufaktur otomotif yang kuat dan pasar mobil penumpang terbesar di ASEAN, bahkan melampaui Thailand. Potensi ini perlu dimanfaatkan secara optimal. Pemerintah telah menerapkan berbagai kebijakan untuk menarik minat produsen EV dan meningkatkan permintaan pasar, termasuk pengurangan pajak, pengecualian dari aturan ganjil-genap, dan diskon PPN untuk kendaraan lokal dengan kandungan lokal di atas 40 persen.
Kebijakan ini menunjukkan hasil positif. Penjualan kendaraan listrik melonjak 70 persen pada tahun 2023, mencapai 17.000 unit. Yang menarik, penjualan Kendaraan Listrik Baterai (BEV) untuk pertama kalinya melampaui penjualan kendaraan hibrida, dengan angka masing-masing 16.500 unit dan sekitar 15.000 unit. Ini menunjukkan peningkatan penerimaan masyarakat terhadap mobilitas listrik.
Fokus Pengembangan EV di Masa Mendatang
Ke depan, fokus pengembangan EV akan diarahkan pada pemenuhan preferensi pasar, terutama permintaan terhadap kendaraan tujuh penumpang. Produsen didorong untuk menghadirkan model EV yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia dengan harga yang terjangkau. Pemerintah optimistis bahwa dengan strategi yang tepat, transisi ke kendaraan listrik akan berjalan lancar dan memberikan dampak positif bagi perekonomian, lingkungan, dan masyarakat Indonesia.
Pemerintah berharap langkah-langkah ini akan mendorong percepatan adopsi kendaraan listrik di Indonesia, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Selain itu, transisi ini juga diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri otomotif nasional di kancah global.
Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan inovasi teknologi, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam industri kendaraan listrik di Asia Tenggara. Hal ini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan pembangunan yang ramah lingkungan.