Efektivitas Peringatan Dini Bencana di Indonesia: Respons Masyarakat Jadi Kunci Utama
Respons masyarakat dan kesiapan pemerintah daerah, bukan hanya teknologi, menjadi penentu utama efektivitas sistem peringatan dini bencana di Indonesia, menurut BNPB.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan bahwa efektivitas sistem peringatan dini bencana di Indonesia tidak hanya bergantung pada teknologi, melainkan juga pada respons masyarakat dan kesiapan pemerintah daerah. Meskipun investasi besar telah dilakukan dalam sistem peringatan dini (early warning system/EWS), tantangan masih ada dalam implementasi lapangan, khususnya terkait respons masyarakat dan kesiapan pemerintah daerah.
Direktur Peringatan Dini BNPB, Afrial Rosya, memberikan contoh sistem peringatan dini di Jakarta untuk banjir Sungai Ciliwung. "Kita sudah memiliki sistem peringatan dini yang cukup maju, seperti di Jakarta dengan Early Warning System (EWS) di Sungai Ciliwung. Namun, jika masyarakat tidak merespons dengan baik, karena sudah biasa, dampaknya tetap besar," ujarnya dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Rakornas PB) 2025.
Peran pemerintah daerah juga sangat krusial. Afrial menambahkan, "Apakah BPBD sudah mengidentifikasi kebutuhan alat peringatan dini yang diperlukan? Ini menjadi tugas pemerintah daerah untuk memenuhi standar yang dibutuhkan. Jika mereka tidak memahami kebutuhannya, akan sulit menyiapkan program peringatan dini yang efektif."
Perpres MHEWS dan Peran Swasta
Sebagai solusi strategis, BNPB mengusulkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Multi-Hazard Early Warning System (MHEWS). Perpres ini bertujuan mengintegrasikan sistem peringatan dini dari pusat hingga daerah dalam satu platform terpadu, diharapkan dapat meningkatkan koordinasi dan efektivitas sistem peringatan dini.
Selain peran pemerintah, keterlibatan sektor swasta juga dinilai penting. Afrial menjelaskan, "Karena sistem ini cukup mahal, tidak bisa hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah pusat. Peran daerah dan swasta sangat diperlukan agar alat ini tetap berfungsi dalam jangka panjang."
BNPB telah memasang sejumlah peralatan peringatan dini, termasuk enam unit untuk deteksi banjir lahar dingin di Gunung Marapi, Sumatera Barat, dan empat unit di aliran sungai Gunung Ibu, Maluku Utara. Peralatan ini dilengkapi teknologi sensor, CCTV, sirene, dan sistem informasi bencana, serta dioperasikan oleh BPBD, BMKG, BBWS, dan PVMBG di setiap kabupaten/kota.
Sinergi untuk Efektivitas
Dengan adanya sinergi antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dan swasta, BNPB optimistis sistem peringatan dini akan semakin efektif dalam mengurangi risiko dan dampak bencana di Indonesia. Keberhasilan sistem peringatan dini tidak hanya terletak pada kecanggihan teknologi, tetapi juga pada kesiapsiagaan dan respons seluruh elemen masyarakat.
Sistem peringatan dini yang terintegrasi dan responsif masyarakat akan mampu meminimalisir dampak bencana. Hal ini memerlukan komitmen bersama dari seluruh pemangku kepentingan untuk memastikan sistem berfungsi optimal dan informasi sampai kepada masyarakat secara tepat waktu dan efektif.
Pentingnya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai cara merespons peringatan dini juga menjadi kunci keberhasilan. Masyarakat harus memahami arti penting dari peringatan dini dan bagaimana bertindak ketika menerima peringatan tersebut. Dengan demikian, investasi besar dalam teknologi peringatan dini dapat memberikan dampak yang optimal dalam mengurangi risiko bencana.
Ke depan, diharapkan akan ada peningkatan kolaborasi yang lebih erat antara BNPB, pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat dalam rangka meningkatkan efektivitas sistem peringatan dini bencana di Indonesia.