Enam Kabupaten di Jateng Siaga Curah Hujan Tinggi, BMKG Imbau Kewaspadaan
BMKG memperingatkan enam kabupaten di Jawa Tengah siaga curah hujan tinggi hingga 16 Maret 2025, sementara 16 kabupaten/kota lainnya berstatus waspada.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengumumkan status siaga curah hujan tinggi di enam kabupaten Jawa Tengah (Jateng) hingga 16 Maret 2025. Peringatan ini disampaikan menyusul potensi curah hujan yang signifikan di wilayah tersebut. Informasi ini disampaikan oleh Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo, pada Rabu di Cilacap.
Keenam kabupaten yang masuk dalam status siaga adalah Pekalongan, Pemalang, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, dan Batang. Status siaga ini dikeluarkan berdasarkan peringatan dini cuaca dan iklim Provinsi Jawa Tengah periode dasarian kedua Maret 2025 dari Balai Besar BMKG Wilayah II. BMKG juga menetapkan 16 kabupaten/kota lainnya dalam status waspada curah hujan tinggi.
Teguh Wardoyo menjelaskan kriteria penetapan status tersebut. "Suatu wilayah berstatus Waspada jika curah hujannya berkisar 150-200 milimeter per dasarian, Siaga jika berkisar 200-300 milimeter per dasarian, dan Awas jika curah hujannya lebih dari 300 milimeter per dasarian," jelasnya. Meskipun demikian, BMKG menekankan bahwa potensi curah hujan tinggi tidak merata di seluruh wilayah yang berstatus waspada maupun siaga.
Status Siaga dan Waspada Curah Hujan di Jateng
Sebanyak enam kabupaten di Jawa Tengah telah ditetapkan dalam status siaga curah hujan tinggi oleh BMKG. Kabupaten-kabupaten tersebut perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi. BMKG juga memberikan peringatan dini kepada masyarakat di daerah tersebut untuk selalu memantau perkembangan cuaca dan mengikuti arahan dari instansi terkait.
Selain enam kabupaten yang berstatus siaga, ada 16 kabupaten/kota lain yang berstatus waspada. Daftar kabupaten/kota yang berstatus waspada meliputi Tegal, Cilacap, Banyumas, Kebumen, Purworejo, Magelang, Temanggung, Kendal, Semarang, Boyolali, Karanganyar, Wonogiri, Grobogan, Kudus, Pati, dan Kota Pekalongan. Masyarakat di daerah-daerah ini juga diimbau untuk tetap waspada dan siaga terhadap potensi hujan lebat.
BMKG memastikan bahwa tidak ada wilayah di Jateng yang berstatus awas curah hujan tinggi pada dasarian kedua Maret 2025. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat potensi hujan lebat di beberapa daerah, situasi masih dapat dikendalikan dengan kewaspadaan dan kesiapsiagaan yang memadai.
BMKG juga memprediksi bahwa potensi hujan lebat di wilayah Jateng pada periode 17-20 Maret diprakirakan nihil. Prediksi ini memberikan sedikit kelegaan bagi masyarakat Jateng, namun kewaspadaan tetap harus dijaga mengingat sifat cuaca yang dinamis dan sulit diprediksi secara pasti.
Analisis Parameter Iklim Global dan Regional
BMKG menjelaskan bahwa prediksi cuaca ini didasarkan pada pemantauan parameter iklim global dan regional. Indeks Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino-Southern Oscillation (ENSO) pada dasarian ketiga Februari 2025 menunjukkan indeks IOD berada pada kategori netral dengan indeks 0,075 dan diprediksi berlanjut hingga pertengahan tahun 2025.
Anomali suhu permukaan laut (sea surface temperature/SST) berada pada indeks minus 0,08, masuk kategori La Nina lemah. Pada periode Maret hingga Mei 2025, kondisi tersebut diprediksi akan netral. Sementara itu, anomali SST Perairan Indonesia pada periode Maret hingga Juli 2025 diprediksi didominasi anomali positif atau lebih hangat dengan kisaran nilai 0 hingga 1 derajat Celcius.
Teguh Wardoyo menambahkan bahwa seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah masih berada dalam periode musim hujan. Puncak musim hujan tahun 2024-2025 di Jawa Tengah umumnya terjadi pada bulan Januari dan Februari 2025. Informasi ini penting untuk dipahami masyarakat dalam mengantisipasi dampak dari musim hujan yang masih berlangsung.
BMKG menghimbau masyarakat untuk tetap waspada dan siaga terhadap potensi bencana hidrometeorologi. Pemantauan cuaca secara berkala dan mengikuti arahan dari instansi terkait sangat penting untuk meminimalisir dampak negatif dari curah hujan tinggi.