Fakta Menarik: Manokwari Stabil Jelang HUT RI ke-80, Keamanan Terjamin dari Ancaman Separatis
Situasi Keamanan Manokwari menjelang peringatan HUT RI ke-80 dilaporkan stabil dan kondusif, bebas dari ancaman separatis. Bagaimana upaya TNI-Polri menjaga ketertiban?

Manokwari, Papua Barat, dilaporkan dalam kondisi aman dan stabil menjelang perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80. Situasi ini menunjukkan tidak adanya ancaman signifikan dari kelompok separatis bersenjata di wilayah tersebut. Pihak keamanan setempat terus memastikan ketertiban demi kelancaran seluruh rangkaian acara HUT RI.
Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) 1801/Manokwari, Kolonel Agus Prihanto Donny, menegaskan bahwa aktivitas kelompok separatis bersenjata tidak ditemukan di Manokwari. Kondisi di ibu kota Papua Barat ini tetap tenang dan terkendali. Pernyataan ini disampaikan pada Sabtu, 16 Agustus, menjelang puncak peringatan kemerdekaan.
Untuk menjaga keselamatan dan ketertiban umum, Kodim 1801/Manokwari terus berkoordinasi erat dengan Kepolisian Resor (Polres) Manokwari. Kolonel Donny juga mengakui adanya individu yang menyuarakan sentimen pro-kemerdekaan. Namun, aktivitas tersebut bersifat terbatas dan tidak berdampak luas pada masyarakat umum.
Upaya Pengamanan dan Kondusifnya Keamanan Manokwari
Koordinasi yang solid antara TNI dan Polri menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas keamanan di Manokwari. Langkah-langkah preventif terus dilakukan untuk memastikan tidak ada celah bagi pihak-pihak yang ingin mengganggu ketertiban. Keamanan Manokwari menjadi prioritas utama menjelang momen bersejarah ini.
Kolonel Agus Prihanto Donny menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam menjaga situasi tetap kondusif. Meskipun ada sentimen pro-kemerdekaan, skalanya sangat kecil dan tidak mengkhawatirkan. Ini menunjukkan tingkat kesadaran dan dukungan masyarakat terhadap keamanan wilayahnya.
Pihak berwenang juga terus memantau setiap perkembangan di lapangan. Mereka memastikan bahwa setiap potensi gangguan dapat diantisipasi dengan cepat dan tepat. Kondisi ini memungkinkan warga Manokwari untuk merayakan HUT RI dengan tenang dan penuh suka cita.
Kontras dengan Ancaman Kelompok Separatis di Wilayah Papua Lainnya
Berbeda dengan situasi di Manokwari, beberapa wilayah lain di Papua masih menghadapi ancaman dari kelompok separatis bersenjata. Kelompok-kelompok ini sering menggunakan taktik serangan mendadak (hit-and-run) terhadap personel keamanan Indonesia. Mereka juga melakukan tindakan teror yang menargetkan warga sipil untuk menyebarkan ketakutan.
Target aksi teror tersebut bervariasi, meliputi pekerja konstruksi, pengemudi ojek, guru, pelajar, pedagang kaki lima, hingga pesawat sipil. Insiden-insiden tragis telah terjadi di berbagai distrik seperti Intan Jaya, Nduga, Puncak, dan Maybrat. Ini menunjukkan kompleksitas tantangan keamanan di Papua secara keseluruhan.
Sebagai contoh, pada 2 Desember 2018, kelompok separatis bersenjata secara brutal membunuh 31 pekerja PT Istaka Karya. Para pekerja tersebut sedang mengerjakan proyek Trans Papua di Kali Yigi dan Kali Aurak, Distrik Yigi, Nduga. Peristiwa ini menjadi salah satu catatan kelam dalam sejarah konflik di Papua.
Insiden lain termasuk penyerangan pos militer Kisor di Maybrat pada 2 September 2021. Kemudian, pada 2 Maret 2022, delapan pekerja Palaparing Timur Telematika (PTT) tewas di Distrik Beoga, Puncak, saat memperbaiki menara BTS Telkomsel. Pada 7 Februari 2023, pilot Selandia Baru Phillip Mark Mehrtens disandera oleh kelompok Egianus Kogoya. Terakhir, pada 25 Juli 2025, seorang pemilik kios ditembak mati di Intan Jaya.
Ajakan Partisipasi Positif Masyarakat dalam Perayaan HUT RI
Kolonel Donny mendorong seluruh warga Manokwari untuk merayakan HUT Kemerdekaan 17 Agustus dengan kegiatan positif. Ini termasuk berbagai perlombaan, kerja bakti membersihkan lingkungan, dan pengibaran bendera Merah Putih. Partisipasi aktif masyarakat sangat diharapkan untuk memeriahkan peringatan ini.
Selain itu, masyarakat diimbau untuk menghentikan aktivitas sejenak pada pukul 10 pagi waktu setempat di Hari Kemerdekaan. Mereka diminta untuk berdiri tegak dalam keheningan saat lagu kebangsaan "Indonesia Raya" dikumandangkan. Momen ini adalah bentuk penghormatan bagi para pahlawan bangsa yang telah gugur.
Bahkan, bagi mereka yang sedang berkendara pun diminta untuk berhenti sejenak. Hal ini dilakukan untuk mengamati momen proklamasi yang penuh makna. Imbauan ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran nasional dalam setiap aspek kehidupan masyarakat.