Fakta Menarik: Presiden Prabowo Apresiasi Penurunan Kasus Karhutla Drastis 33,3 Persen!
Presiden Prabowo Subianto mengapresiasi signifikan Penurunan Kasus Karhutla di Indonesia sebesar 33,3 persen tahun ini. Namun, kewaspadaan tetap ditekankan.

Presiden Prabowo Subianto menyampaikan apresiasi tinggi atas kinerja seluruh kementerian dan lembaga terkait yang berhasil menurunkan angka kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) secara drastis sepanjang tahun ini. Capaian ini menjadi sorotan utama dalam rapat terbatas yang dipimpin Presiden secara virtual dari Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Minggu lalu.
Penurunan yang signifikan ini merupakan hasil dari upaya kolektif dan koordinasi yang kuat antara Kementerian Lingkungan Hidup, serta berbagai kementerian dan tim penanggulangan Karhutla lainnya. Data terkini menunjukkan bahwa luas Karhutla per 1 Agustus 2025 hanya mencapai 8.955 hektare.
Angka tersebut menunjukkan penurunan yang sangat drastis, yakni sebesar 33,3 persen, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 376.805 hektare. Meskipun demikian, Presiden Prabowo mengingatkan seluruh tim penanganan Karhutla untuk tidak lengah dan terus meningkatkan kewaspadaan.
Penurunan Drastis dan Apresiasi Presiden
Laporan terbaru mengenai luas Karhutla di Indonesia per 1 Agustus 2025 mencatat angka 8.955 hektare, sebuah pencapaian yang patut diapresiasi. Angka ini menandai penurunan sebesar 33,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, ketika luas Karhutla mencapai 376.805 hektare. Penurunan kasus Karhutla yang signifikan ini menjadi bukti keberhasilan upaya pencegahan dan penanggulangan yang telah dilakukan.
Presiden Prabowo Subianto secara khusus menyampaikan apresiasinya kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan seluruh tim penanggulangan Karhutla atas dedikasi dan kerja keras mereka. Apresiasi ini disampaikan melalui laman resmi media sosial Sekretariat Kabinet, menegaskan pengakuan pemerintah terhadap capaian tersebut. Keberhasilan ini tidak lepas dari sinergi antara berbagai pihak terkait.
Meskipun capaian ini menggembirakan, Presiden Prabowo menekankan pentingnya untuk tidak lengah. Prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa musim kemarau diprediksi masih akan berlangsung hingga akhir Agustus. Kondisi ini meningkatkan potensi kebakaran di sejumlah wilayah yang rawan, sehingga kewaspadaan harus terus dijaga.
Strategi Penanganan dan Kewaspadaan Berkelanjutan
Untuk menghadapi potensi Karhutla yang masih ada, pemerintah terus memperkuat penegakan hukum terhadap para pelaku pembakaran hutan dan lahan. Langkah ini merupakan bagian integral dari strategi pencegahan dan memberikan efek jera bagi pihak yang bertanggung jawab. Komitmen terhadap penegakan hukum menjadi kunci dalam menekan angka Karhutla.
Di wilayah rawan seperti Kalimantan Barat, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam) memperkuat koordinasi lintas sektor dan mempercepat respons di lapangan. Tim Pemantauan Desk Penanganan Karhutla, yang dipimpin oleh Kolonel Inf Heri Budi Purnomo, telah melakukan kunjungan kerja ke berbagai wilayah rawan pada 23–26 Juli 2025. Kunjungan ini bertujuan untuk memantau langsung situasi dan memastikan kesiapan di lapangan.
Berbagai langkah cepat telah diupayakan untuk menekan jumlah titik panas (hotspot). Ini termasuk pengerahan helikopter untuk water bombing, percepatan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC), dan mobilisasi sumber daya manusia. Upaya-upaya ini terbukti efektif, seperti yang terlihat dari data BNPB pada Sabtu (2/8) yang melaporkan nol titik panas di Kalimantan Barat, setelah sebelumnya mencapai 399 hotspot per 23 Juli, dengan konsentrasi tertinggi di Sanggau, Sintang, dan Mempawah.
Dalam rapat terbatas virtual tersebut, sejumlah menteri Kabinet Merah Putih turut hadir mendampingi Presiden. Mereka antara lain Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, dan Panglima TNI Agus Subianto. Kehadiran mereka menunjukkan komitmen kolektif pemerintah dalam menangani isu Karhutla.