Film Perang Kota: Tantangan Produksi hingga Tayang di Eropa
Produser dan sutradara "Perang Kota" ungkap tantangan produksi film kolaborasi internasional yang tertunda pandemi, kini siap tayang di Indonesia dan Eropa.

Film "Perang Kota", sebuah kolaborasi internasional yang disutradarai oleh Mouly Surya dan diproduseri oleh Rama Adi, akhirnya siap menghiasi layar lebar Indonesia dan Eropa. Proses produksi yang dimulai sejak 2018/2019, mengalami penundaan signifikan akibat pandemi COVID-19. Namun, film adaptasi novel Mochtar Loebis, "Jalan Tak Ada Ujung", ini berhasil melewati berbagai tantangan dan akan tayang di bioskop Indonesia pada 30 April 2025 dan di Belgia, Belanda, dan Luksemburg pada 17 April 2025.
Tantangan produksi "Perang Kota" tidak hanya sebatas penundaan akibat pandemi. Rama Adi, sang produser, menjelaskan bahwa mendapatkan dukungan pendanaan menjadi salah satu hambatan utama. Berkat pengalaman mengikuti berbagai festival film, tim produksi berhasil mengajukan permohonan dukungan ke berbagai platform pendanaan internasional. Hal ini menunjukkan kegigihan tim dalam mewujudkan visi mereka untuk membawa cerita sejarah Indonesia ke kancah internasional.
Mouly Surya, sutradara film ini, menambahkan bahwa proses pasca produksi juga menghadirkan tantangan tersendiri. Untuk mencapai kualitas visual dan audio yang optimal, tim produksi melibatkan rumah produksi efek visual dari Amerika Serikat dan rumah produksi tata suara dari Prancis. Komitmen untuk menghasilkan film berkualitas tinggi ini terlihat dari upaya mereka untuk menggandeng para ahli di bidangnya masing-masing.
Tantangan Teknis dan Artistik
Salah satu keunikan "Perang Kota" terletak pada rasio aspeknya yang menggunakan format 4:3, berbeda dari standar film layar lebar saat ini. Mouly Surya menjelaskan bahwa pilihan ini didasarkan pada pertimbangan teknis dan artistik. Format 4:3 dipilih untuk merepresentasikan suasana Jakarta tahun 1946, menciptakan kesan sederhana namun efektif dalam mendekatkan penonton pada tokoh-tokoh film.
Keputusan ini juga bertujuan untuk memfokuskan perhatian penonton pada detail emosi dan interaksi para karakter. Dengan format yang lebih 'persegi', fokus penonton diarahkan secara lebih terarah pada inti cerita. Hal ini sejalan dengan visi Mouly Surya untuk menghadirkan pengalaman menonton yang mendalam dan emosional bagi penonton.
Selain aspek teknis, tantangan juga muncul dari segi bahasa. Karena film ini akan didistribusikan di Belgia, Belanda, dan Luksemburg, para pemain dituntut untuk menguasai bahasa Belanda. Untuk itu, Mouly Surya menyelenggarakan lokakarya bahasa Belanda bagi para pemain. Hal ini menunjukkan komitmen tim produksi untuk memastikan akurasi dan kualitas penyampaian cerita.
Pilihan Pemeran dan Kesuksesan di Rotterdam
Dalam memilih pemeran, Mouly Surya secara khusus memilih Jerome Kurnia, aktor yang dikenal dengan kemampuan berbahasa Belanda yang mumpuni. Pengalaman melihat akting Jerome dalam film "Bumi Manusia" membuat Mouly yakin bahwa Jerome adalah pilihan yang tepat untuk memerankan karakter dalam "Perang Kota".
Kehadiran Jerome Kurnia memperkuat daya tarik film ini bagi pasar internasional, khususnya di negara-negara berbahasa Belanda. Keahlian berbahasa Belanda-nya akan memastikan terjemahan dialog yang natural dan otentik, sehingga penonton internasional dapat lebih mudah terhubung dengan cerita.
Optimisme Mouly Surya dan Rama Adi terhadap sambutan film "Perang Kota" di Belanda terbukti. Saat diputar sebagai film penutup di Festival Film Internasional Rotterdam pada Februari 2025, film ini mendapat sambutan hangat, terutama dari penonton Belanda yang memiliki hubungan dengan Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa film ini berhasil menyentuh hati penonton dan membangun jembatan antara Indonesia dan Belanda melalui cerita sejarah yang emosional.
Dengan penayangannya di Indonesia dan Eropa, "Perang Kota" bukan hanya sekadar film, tetapi juga sebuah jembatan budaya yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, Indonesia dengan Eropa, dan membawa cerita sejarah Indonesia ke kancah internasional. Film ini menjadi bukti nyata bahwa dengan kegigihan dan komitmen, sebuah karya film dapat mengatasi berbagai tantangan dan mencapai kesuksesan internasional.