Geger Rendang Willie Salim: Citra Palembang Tercoreng, Warga Minta Pertanggungjawaban
Aksi Willie Salim memasak rendang 200 kg di Palembang berujung kontroversi, warga marah besar karena citra kota dinilai rusak dan menuntut pertanggungjawaban.

Konten kreator Willie Salim kembali menjadi sorotan publik, kali ini karena aksinya memasak rendang 200 kilogram di Pelataran Benteng Kuto Besak (BKB), Palembang, pada Selasa (18/3). Aksi yang dimaksudkan untuk berbagi dengan warga ini justru menimbulkan kontroversi dan kemarahan besar dari sebagian warga Palembang. Kejadian ini melibatkan siapa? Willie Salim, seorang konten kreator. Dimana? Di Pelataran Benteng Kuto Besak, Palembang. Kapan? Selasa, 18 Maret 2023. Mengapa? Aksi tersebut dinilai merusak citra Kota Palembang. Bagaimana? Rendang yang dimasak raib dalam waktu singkat setelah Willie Salim meninggalkan lokasi, memicu reaksi negatif di media sosial.
Kehebohan ini bermula dari video yang diunggah Willie Salim di kanal YouTube pribadinya. Dalam video tersebut, terlihat rendang yang telah dimasak dalam jumlah besar dengan cepat habis diambil warga. Willie Salim sendiri tampak terkejut dan meninggalkan lokasi sejenak. Peristiwa ini kemudian viral di media sosial, baik dalam maupun luar negeri, dan menimbulkan persepsi negatif terhadap Kota Palembang.
Warga Palembang merasa citra kota mereka tercemar akibat aksi tersebut. Mereka menilai tindakan Willie Salim tidak hanya kurang pertimbangan, tetapi juga telah menimbulkan stigma negatif terhadap ketertiban dan kebersihan Kota Palembang yang selama ini dikenal sebagai kota BARI (Bersih, Aman, Rapi, Indah). Banyak yang mengecam tindakan Willie Salim dan menuntut pertanggungjawaban atas kerusakan citra kota tersebut. "Identitas sosial Kota Palembang, harus dipulihkan melalui pertanggungjawaban oleh yang bersangkutan," ujar Riki, salah seorang warga Palembang.
Kontroversi Rendang 200 Kg dan Tuntutan Perbaikan Citra
Kejadian ini memicu beragam reaksi dari masyarakat Palembang. Banyak yang mempertanyakan bagaimana rendang sebanyak 200 kilogram bisa habis dalam waktu sesingkat itu. Irwanto, warga Palembang lainnya, mengungkapkan ketidakpercayaannya terhadap kecepatan rendang tersebut habis. "Masalah rendang ini menjadi perbincangan publik, saya tidak mempercayai rendang sebanyak 200 kilogram itu dapat habis dalam waktu singkat," katanya.
Kontroversi ini semakin memanas setelah beberapa tokoh masyarakat Palembang turut angkat bicara. Sultan Palembang Darussalam, YM Sultan Mahmud Badaruddin IV Raden Muhammad Fauwas Diradja, bahkan mendesak Willie Salim untuk melakukan tradisi tepung tawar sebagai bentuk permohonan maaf atas tindakannya yang dianggap merusak citra Kota Palembang. Tokoh-tokoh lain seperti Helmy Yahya, Anwar Fuadi, dan Ustadz Abdul Somad juga turut memberikan komentar terkait kejadian ini.
Ustadz Abdul Somad, misalnya, dalam sebuah pernyataan di media sosial, mengajak warga Palembang untuk membela harkat dan martabat kota mereka. Sementara itu, Anwar Fuadi meminta agar video tersebut dihapus dari kanal YouTube Willie Salim. Hal ini menunjukkan betapa besarnya dampak negatif dari kejadian ini terhadap citra Kota Palembang.
Langkah Hukum dan Reaksi Pihak Berwajib
Polda Sumatera Selatan telah menerima beberapa laporan polisi terkait konten Willie Salim. Dua laporan berasal dari advokat, Ryan Gumay dan Agung Wijaya, sementara satu laporan lainnya diajukan oleh kreator konten asal Palembang, Rendy Aditya atau Rondoot. Laporan-laporan ini menunjukkan bahwa kasus ini telah ditangani secara serius oleh pihak berwajib.
Meskipun Willie Salim telah meminta maaf, namun permintaan maaf tersebut dinilai belum cukup oleh sebagian besar warga Palembang. Mereka menuntut pertanggungjawaban yang lebih konkret untuk memulihkan citra Kota Palembang yang telah tercoreng. Hingga saat ini, video "Rendang 1 Ekor Sapi!!Palembang" masih tersedia di kanal YouTube Willie Salim.
Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, terutama para konten kreator, untuk lebih berhati-hati dalam membuat konten dan mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Perencanaan yang matang dan pemahaman budaya lokal sangat penting untuk menghindari kontroversi serupa di masa mendatang.
Kasus ini juga menyoroti pentingnya menjaga citra daerah dan bagaimana tindakan individu dapat berdampak luas pada persepsi publik. Kejadian ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya tanggung jawab sosial dalam berkreasi dan berkarya di ruang publik.