Generasi Muda: Pahlawan Gizi Indonesia?
Generasi Z dan Milenial, yang sering disebut generasi strawberry, aktif berkontribusi dalam peningkatan gizi di Indonesia, terutama dalam mengatasi masalah stunting.
Generasi Muda Indonesia: Lebih dari Sekedar 'Generasi Strawberry'
Generasi Z dan Milenial, sering disebut sebagai generasi 'strawberry' karena dianggap rentan dan mudah menyerah, justru menunjukkan peran penting dalam meningkatkan gizi masyarakat Indonesia. Anggapan ini mulai terbantahkan dengan kontribusi nyata mereka dalam mengatasi masalah gizi buruk, khususnya stunting.
Peran Aktif dalam Mengatasi Stunting
Salah satu contohnya adalah Forum Genre Indonesia. Organisasi ini aktif memberikan bantuan makanan bergizi gratis kepada anak-anak jalanan, sekaligus mengedukasi mereka tentang pentingnya nutrisi seimbang. Hal ini dilakukan bertepatan dengan Hari Gizi Nasional pada tanggal 25 Januari lalu, sebuah inisiatif kolaboratif yang bertujuan untuk menghilangkan stigma negatif terhadap generasi muda.
I Putu Arya Aditia Utama, Ketua Umum Forum Genre Indonesia periode 2024-2026, menjelaskan bahwa aksi ini menyasar celah yang belum tertangani pemerintah. "Kita menyasar titik buta pemerintah. Misalnya, pemerintah menargetkan program untuk sekolah, dan kita menargetkan sekolah jalanan," ujarnya. Anak jalanan memiliki risiko stunting dua kali lipat lebih tinggi karena kurangnya akses informasi dan edukasi gizi.
Sejak 2019, Genre telah berkolaborasi dengan pemerintah dalam program percepatan penurunan stunting. Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang kini fokus pada pelajar, ibu hamil, menyusui, dan balita, dianggap sebagai manifestasi hadirnya negara, namun Genre menekankan pentingnya prioritas pada komunitas marjinal. "Meskipun banyak isu tentang anak jalanan telah diangkat oleh Kementerian Sosial, menurut kami itu belum cukup. Anak-anak itu menghadapi risiko stunting yang lebih tinggi," kata Utama.
Tantangan dan Target Penurunan Stunting
Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dari Kementerian Kesehatan menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,5 persen, penurunan hanya 0,1 persen dari tahun sebelumnya. Angka ini masih jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yaitu 14 persen pada 2024. Pemerintah pun merevisi target menjadi 18,8 persen pada 2025, dan 14,2 persen pada akhir RPJMN 2025-2029.
Novitria Dwinanda, seorang dokter spesialis anak, menekankan pentingnya deteksi dini dan rujukan untuk mencapai Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS). Deteksi dini melalui pengukuran tinggi dan berat badan serta penilaian status gizi sangat penting untuk intervensi cepat. Rujukan yang efektif pun dibutuhkan untuk memastikan anak-anak mendapatkan intervensi yang tepat, seperti suplemen gizi, perubahan pola makan, dan pemantauan intensif.
Inisiatif Pemerintah dan Peran Generasi Muda
Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/33/2025 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Kesehatan Ulang Tahun Gratis sebagai salah satu program percepatan penurunan stunting. Program ini dimulai pada Februari 2025 dan bertujuan untuk mendeteksi masalah kesehatan sedini mungkin. Peran generasi muda dimaksimalkan melalui penguatan Unit Kesehatan Sekolah (UKS), melibatkan anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan tim kesehatan sekolah untuk edukasi gizi.
Hal ini sejalan dengan program Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Abdul Mu'ti yang mengajak siswa untuk menerapkan 'Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat', membentuk karakter positif melalui kebiasaan bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, gemar belajar, bersosialisasi, dan tidur tepat waktu.
Tren Gaya Hidup Aktif di Media Sosial
Tren gaya hidup aktif, seperti lari dan jalan kaki, juga meningkat berkat pengaruh media sosial. Generasi Z dan Milenial, sebagai pengguna media sosial paling aktif, turut andil dalam tren ini. Program Car Free Day di berbagai daerah juga berkontribusi dalam mendorong gaya hidup sehat. Antonius Andi Kurniawan, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga dari Rumah Sakit Pondok Indah-Bintaro, mengamati peningkatan minat masyarakat terhadap gaya hidup aktif, salah satunya dipengaruhi media sosial dan para influencer.
Kesimpulan
Meskipun seringkali dianggap sebelah mata, generasi muda memiliki peran krusial dalam pembangunan bangsa. Kontribusi mereka dalam meningkatkan gizi masyarakat Indonesia patut diapresiasi sebagai bagian penting dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.