GP Ansor Desak Lawan Disinformasi, Dukung Pers Bebas di HPN 2025
GP Ansor menyerukan perlawanan terhadap disinformasi dan mendukung pers yang bertanggung jawab dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) 2025, menekankan pentingnya media arus utama dan literasi digital.
![GP Ansor Desak Lawan Disinformasi, Dukung Pers Bebas di HPN 2025](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/09/180038.232-gp-ansor-desak-lawan-disinformasi-dukung-pers-bebas-di-hpn-2025-1.jpg)
Jakarta, 9 Februari 2024 - Gerakan Pemuda (GP) Ansor menyerukan dukungan penuh terhadap kebebasan pers yang bertanggung jawab dan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melawan maraknya disinformasi di Indonesia. Seruan ini disampaikan dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2025, mengingat ancaman serius disinformasi terhadap ruang publik, demokrasi, dan kerukunan sosial.
Perlawanan Terhadap Disinformasi di Era Digital
Ketua Umum GP Ansor, Addin Jauharudin, mengungkapkan keprihatinannya terhadap distorsi kebenaran di era digital. "Di era disrupsi digital, kebenaran seringkali terdistorsi oleh kepentingan tertentu. Hoaks dan disinformasi merusak sendi-sendi kebangsaan. Media mainstream harus menjadi benteng utama dalam menyampaikan informasi akurat dan terpercaya," tegasnya dalam pernyataan di Jakarta, Minggu lalu.
Jauharudin menjelaskan, banjir informasi di media sosial dan platform digital lainnya menyulitkan masyarakat untuk memilah informasi yang benar. Berita bohong, fitnah, dan informasi yang dipelintir seringkali menyebar lebih cepat daripada fakta yang disampaikan media dengan standar jurnalistik yang kuat. "Fenomena ini melemahkan kepercayaan publik dan berpotensi merusak kohesi sosial serta stabilitas nasional," tambahnya.
Tantangan Media Arus Utama dan Pentingnya Literasi Digital
GP Ansor juga menyoroti tantangan yang dihadapi media arus utama. Digitalisasi yang pesat telah memaksa banyak perusahaan media melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap jurnalis dan karyawannya. Dominasi platform digital dalam distribusi dan monetisasi berita membuat media arus utama yang mengedepankan prinsip jurnalistik kesulitan mempertahankan bisnisnya.
Untuk itu, Jauharudin mendorong penguatan media arus utama dan mengajak masyarakat untuk kembali menjadikan media berbasis jurnalistik sebagai sumber informasi kredibel. Ia juga menyerukan kepada pengiklan, pemerintah, dan dunia usaha untuk memprioritaskan iklan di media arus utama, bukan platform digital asing yang sering menjadi sarang penyebaran hoaks dan disinformasi.
Pentingnya literasi digital juga ditekankan, terutama bagi generasi muda agar lebih kritis dalam menyaring informasi. GP Ansor mendesak platform digital dan media sosial untuk bertanggung jawab dalam menangkal hoaks dengan memperketat regulasi dan algoritma yang mencegah penyebaran konten menyesatkan.
Sinergi dan Transparansi dalam Melawan Disinformasi
Jauharudin menekankan perlunya sinergi antara media, pemerintah, dan organisasi masyarakat sipil untuk mengedukasi publik dan membangun sistem deteksi dini informasi menyesatkan. Transparansi dalam penanganan hoaks juga krusial untuk memastikan upaya melawan disinformasi tidak disalahgunakan untuk membungkam kebebasan pers.
GP Ansor menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan literasi digital, memperkuat peran media, dan mendorong regulasi yang tegas terhadap platform digital agar tidak menjadi alat penyebaran berita palsu. "Kita tidak bisa membiarkan media yang bekerja dengan standar jurnalistik tinggi terus tergerus. Jika dibiarkan, kita akan kehilangan jurnalisme berkualitas, dan masyarakat semakin rentan terhadap disinformasi," tutup Jauharudin.
Kesimpulan
Seruan GP Ansor untuk melawan disinformasi dan mendukung pers bebas merupakan langkah penting dalam menjaga demokrasi dan kerukunan di Indonesia. Penguatan media arus utama, peningkatan literasi digital, dan regulasi yang lebih ketat terhadap platform digital menjadi kunci dalam menghadapi tantangan era informasi digital yang kompleks ini.