Gubernur Maluku Serukan 'Orang Basudara' untuk Jaga Perdamaian Ambon Pasca Bentrok Antarwarga
Gubernur Maluku menyerukan seluruh elemen masyarakat untuk menjaga Perdamaian Ambon pasca bentrok antarwarga yang dipicu insiden tragis. Apa langkah konkret yang diambil?
Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, dengan tegas menyerukan perdamaian dan kondusivitas di tengah masyarakat Ambon menyusul insiden bentrok antarwarga yang terjadi di Desa Hunuth, Kota Ambon. Seruan ini disampaikan pada hari Selasa, 20 Agustus, sebagai respons cepat terhadap situasi yang berpotensi memanas.
Insiden tragis ini bermula dari tawuran antar pelajar SMK Negeri 3 Ambon yang berujung pada kematian seorang siswa akibat luka tusuk, memicu ketegangan di kawasan simpang Hunut Durian Patah. Gubernur Lewerissa menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga korban, sekaligus menyatakan penyesalan atas kejadian yang mengganggu upaya pemerintah membangun harmoni sosial dan semangat "orang basudara" di Maluku.
Untuk meredakan situasi, Gubernur mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menahan diri dan tidak terpancing provokasi yang dapat memperkeruh keadaan. Ia juga menekankan pentingnya memberikan kepercayaan penuh kepada aparat keamanan dalam menangani kasus ini secara profesional dan adil.
Peran Tokoh Masyarakat dalam Menjaga Harmoni Sosial
Dalam upaya menciptakan suasana yang sejuk dan mencegah eskalasi konflik, Gubernur Lewerissa mendorong peran aktif dari berbagai pihak. Para raja negeri, tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta tokoh pemuda diminta untuk bersinergi. Mereka diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam meredam potensi aksi balas dendam atau mobilisasi massa yang tidak diinginkan.
Keterlibatan para pemimpin komunitas ini sangat krusial dalam menanamkan nilai-nilai persaudaraan dan gotong royong di tengah masyarakat. Dengan pengaruh dan kearifan lokal mereka, diharapkan pesan-pesan perdamaian dapat tersampaikan dengan efektif. Ini akan membantu membangun kembali kepercayaan dan ikatan sosial yang mungkin sempat terganggu akibat insiden tersebut.
Pemerintah daerah bersama tokoh-tokoh ini berkomitmen untuk terus menggalakkan dialog antarwarga dan program-program rekonsiliasi. Tujuannya adalah untuk memperkuat fondasi kebersamaan dan mencegah terulangnya insiden serupa di masa mendatang. Semangat "orang basudara" harus menjadi landasan utama dalam setiap interaksi sosial di Maluku.
Bijak Bermedia Sosial dan Penegakan Hukum Tegas
Gubernur Maluku juga memberikan perhatian khusus terhadap penggunaan media sosial di tengah situasi sensitif ini. Ia mengingatkan masyarakat agar senantiasa bijak dan bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi. Mengunggah atau menyebarluaskan gambar maupun video yang berpotensi memperkeruh keadaan harus dihindari sama sekali.
Penyebaran konten provokatif melalui platform digital dapat memperburuk situasi dan memicu kesalahpahaman yang lebih luas. Oleh karena itu, Gubernur menegaskan pentingnya menggunakan media sosial secara arif dan bijaksana, serta menghentikan segala bentuk penyebaran informasi yang dapat memecah belah. Literasi digital menjadi kunci penting dalam menjaga Perdamaian Ambon.
Sebagai bentuk komitmen terhadap penegakan hukum, Gubernur berharap aparat kepolisian segera menangkap dan memproses hukum oknum pelaku penusukan. "Tidak boleh ada toleransi terhadap kekerasan," tegasnya. Semua pelaku harus diproses sesuai hukum agar ada rasa keadilan bagi korban dan menjadi pembelajaran bagi seluruh masyarakat.
Mengedepankan Semangat 'Baku Sayang' untuk Maluku
Di akhir seruannya, Gubernur Maluku mengajak seluruh masyarakat untuk kembali mengedepankan perdamaian dan persaudaraan. Ia mengingatkan bahwa Maluku adalah "rumah bersama" yang harus dijaga oleh semua penghuninya. Pesan ini disampaikan dengan menggunakan ungkapan lokal yang penuh makna.
“Mari katong semua jaga Maluku sebagai rumah bersama. Baku sayang lebih kuat daripada baku lawan. Baku gandeng, baku kele demi Maluku pung bae,” ujar Gubernur Lewerissa. Ungkapan ini merefleksikan filosofi hidup masyarakat Maluku yang mengedepankan kasih sayang dan kebersamaan.
Pesan ini menjadi pengingat bahwa kekuatan persatuan jauh lebih besar daripada perbedaan. Dengan semangat "baku sayang" atau saling menyayangi, masyarakat Maluku diharapkan dapat terus membangun daerahnya menuju masa depan yang lebih baik, sejahtera, dan damai, jauh dari konflik yang merusak tatanan sosial.
