Hamas Siap Tahap Kedua Gencatan Senjata Gaza, Tekankan Komitmen Israel
Hamas menyatakan kesiapannya untuk tahap kedua gencatan senjata Gaza, namun menekankan pentingnya komitmen Israel pada kesepakatan pertukaran tawanan dan situasi kemanusiaan di Gaza.

Kota Gaza, Palestina, 22 Februari 2025 - Gerakan perlawanan Palestina, Hamas, menyatakan kesiapannya untuk melanjutkan tahap kedua perjanjian gencatan senjata di Gaza. Pernyataan ini dikeluarkan pada Sabtu, 22 Februari 2025, menekankan kembali pentingnya kepatuhan penuh Israel terhadap seluruh ketentuan kesepakatan, khususnya terkait situasi kemanusiaan di wilayah tersebut. Pertukaran tawanan menjadi poin krusial dalam kesepakatan ini.
Sebagai bukti komitmen, Hamas telah membebaskan enam tawanan Israel di Gaza. Pembebasan ini dilakukan sebagai imbalan atas pembebasan 602 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel pada hari yang sama. Tindakan ini, menurut Hamas, menunjukkan komitmen mereka terhadap perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025.
Namun, Hamas juga melontarkan peringatan keras kepada Israel. Mereka menuduh Israel menerapkan 'taktik menunda' yang menghambat proses perdamaian. "Upaya Netanyahu mengalihkan perhatian dari kekalahan militernya di Gaza dengan melakukan pembantaian di Tepi Barat yang diduduki tidak akan mematahkan keinginan rakyat kami atau perlawanan mereka," tegas Hamas dalam pernyataannya. Ancaman tegas juga dilontarkan: "Israel menghadapi pilihan antara 'menerima tawanan mereka dalam peti mati... atau mereka menerima para tahanan itu dalam keadaan hidup, dengan mematuhi persyaratan yang ditetapkan oleh kelompok perlawanan.'"
Tahap Kedua Gencatan Senjata dan Pertukaran Tawanan
Juru bicara Hamas, Abdul Latif al-Qanou, menjelaskan bahwa penyelesaian pertukaran tahanan yang akan datang sangat bergantung pada komitmen penuh pemerintah Israel terhadap seluruh klausul perjanjian dan penerapan protokol kemanusiaan. Ia mengkritik keras kegagalan Israel dalam melaksanakan sepenuhnya ketentuan gencatan senjata, bahkan setelah 33 hari memasuki fase pertama. Al-Qanou juga meminta mediator internasional untuk menekan Israel agar memenuhi kewajibannya, memastikan pasokan bantuan kemanusiaan vital bagi rakyat Palestina.
Hamas menegaskan kembali kesediaannya untuk melanjutkan pertukaran tahanan yang besar dan komprehensif. Hal ini mencakup akhir yang pasti dari perang, penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, dan pembangunan kembali Gaza. Gencatan senjata ini direncanakan dalam tiga fase. Fase pertama, yang berlangsung selama 42 hari, telah dimulai bulan lalu dengan pembebasan 33 sandera. Tahap kedua seharusnya melibatkan pembebasan sandera yang tersisa oleh Hamas, ditukar dengan ratusan tahanan Palestina, penarikan penuh Israel dari Gaza, dan penghentian permanen pertempuran.
Operasi militer Israel di Tepi Barat, khususnya di kamp-kamp pengungsi Jenin, Tulkarem, dan Tubas, yang telah berlangsung hampir dua bulan, juga menjadi sorotan. Tindakan ini, menurut Hamas, merupakan upaya Israel untuk mengalihkan perhatian dari kekalahan militernya di Gaza.
Kondisi Kemanusiaan dan Peran Internasional
Kondisi kemanusiaan di Gaza tetap menjadi perhatian utama. Pasokan bantuan dan kebutuhan pokok bagi penduduk Gaza harus dijamin. Peran mediator internasional sangat penting untuk memastikan Israel memenuhi komitmennya dalam perjanjian gencatan senjata. Keberhasilan tahap kedua gencatan senjata bergantung pada komitmen bersama semua pihak yang terlibat dan tekanan internasional yang efektif.
Pertukaran tawanan menjadi kunci bagi keberhasilan gencatan senjata. Hamas telah menunjukkan itikad baik dengan membebaskan enam tawanan Israel. Namun, keberhasilan penuh bergantung pada komitmen Israel untuk mematuhi kesepakatan yang telah disepakati.
Proses perdamaian di Gaza masih rapuh dan penuh tantangan. Keberhasilan tahap kedua gencatan senjata akan menentukan masa depan perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut.
Sumber: Anadolu