Harga Cabai dan Bawang Melonjak di Makassar Jelang Lebaran 2025
Lonjakan harga cabai dan bawang merah di Makassar menjelang Lebaran 2025 dikeluhkan pedagang dan dipantau Bank Indonesia untuk mencegah inflasi.

Jelang Lebaran 2025 atau Idul Fitri 1446 Hijriah, warga Makassar, Sulawesi Selatan, harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli cabai dan bawang. Kenaikan harga komoditas ini terjadi di berbagai pasar tradisional di Kota Makassar dan sekitarnya, seperti yang terlihat di Pasar Terong dan Pasar Pannampu.
Pedagang rempah-rempah di Pasar Terong, Husniah, menuturkan harga cabai besar kini mencapai Rp80.000 per kilogram (kg), sementara cabai rawit mencapai Rp65.000 per kg. Harga ini meningkat signifikan dibandingkan harga sebelumnya yang berkisar Rp45.000 per kg untuk kedua jenis cabai tersebut. Kenaikan ini, menurut Husniah, disebabkan oleh meningkatnya permintaan menjelang hari raya.
Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Sinjai. Di Pasar Sentral Sinjai, harga cabai rawit juga meroket hingga Rp65.000 per kg, naik dari harga sebelumnya Rp45.000 per kg. Pedagang, Kasmiati, menjelaskan bahwa selain permintaan yang tinggi, keterbatasan stok dari petani juga menjadi faktor penyebab kenaikan harga.
Lonjakan Harga Bawang Merah dan Putih
Tidak hanya cabai, harga bawang merah juga mengalami kenaikan signifikan. Baharuddin, pedagang rempah-rempah di Pasar Pannampu, Makassar, menyatakan harga bawang merah naik dari Rp35.000 per kg menjadi Rp45.000 per kg dalam sepekan terakhir. Bawang putih juga ikut naik, dari Rp35.000 per kg menjadi Rp40.000 per kg.
Baharuddin menambahkan bahwa kenaikan harga komoditas rempah-rempah menjelang Lebaran sudah menjadi tren tahunan. "Kenaikan harga ini untuk bahan rempah-rempah selalu mengalami kenaikan menjelang lebaran, itu sudah menjadi kebiasaan setiap tahun," ujarnya.
Kondisi ini tentunya menjadi perhatian serius. Kenaikan harga cabai dan bawang yang cukup signifikan berpotensi mendorong inflasi.
Antisipasi Bank Indonesia dan TPID
Menanggapi hal ini, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, Rizki Ernadi Wimanda, mengakui bahwa momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seringkali memicu kenaikan harga komoditas tertentu akibat tingginya permintaan. Namun, ia meyakini kondisi ini akan kembali normal setelah Lebaran.
Bank Indonesia, bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulsel dan TPID kabupaten/kota, terus berupaya untuk mengendalikan harga bahan pokok di lapangan. Upaya ini diharapkan mampu meredam dampak kenaikan harga terhadap masyarakat, khususnya menjelang dan selama perayaan Lebaran.
Meskipun kenaikan harga merupakan fenomena musiman, peran aktif pemerintah dan lembaga terkait sangat penting untuk memastikan stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok bagi masyarakat. Transparansi informasi harga dan kerjasama yang baik antara pemerintah, petani, dan pedagang diharapkan dapat meminimalisir dampak negatif kenaikan harga terhadap daya beli masyarakat.