Harga Cabai Rawit di Bali Tembus Rp130.000 Jelang Nyepi dan Lebaran: Faktor Cuaca dan Permintaan Tinggi
Harga cabai rawit merah di Bali melonjak hingga Rp130.000 per kilogram menjelang Nyepi dan Lebaran 2025 akibat cuaca buruk dan peningkatan permintaan.

Denpasar, Bali, 24 Maret 2025 - Jelang perayaan Nyepi dan Idul Fitri 2025, harga cabai rawit merah di sejumlah pasar tradisional di Bali melambung tinggi hingga mencapai Rp130.000 per kilogram. Kenaikan harga yang signifikan ini telah dikeluhkan oleh para pedagang dan konsumen. Lonjakan harga terjadi secara merata di berbagai pasar di Bali, mulai dari Gianyar, Tabanan, Karangasem, hingga Badung. Pemerintah Provinsi Bali pun telah berupaya mengendalikan harga dengan menggelar pasar murah di beberapa wilayah.
Kenaikan harga cabai rawit ini telah terjadi sejak tiga minggu terakhir. Sebelumnya, harga cabai rawit merah berkisar di angka Rp60.000 per kilogram. Hal ini menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, dengan banyak konsumen mengurangi jumlah pembelian. "Konsumen biasanya mengurangi pembelian, misalnya cuma setengah kilogram atau seperempat saja karena harganya naik," ungkap Nyoman Febri, salah satu pedagang di Pasar Sukawati.
Berbagai faktor menjadi penyebab melonjaknya harga cabai rawit. Selain faktor cuaca buruk yang mempengaruhi produksi, peningkatan permintaan menjelang hari raya keagamaan juga turut berkontribusi signifikan terhadap kenaikan harga. Beberapa pedagang juga menyebutkan bahwa sebagian pasokan cabai rawit berasal dari Pulau Jawa, yang juga turut terdampak oleh kondisi serupa.
Harga Cabai Rawit di Berbagai Pasar Bali
Pantauan harga di berbagai pasar di Bali menunjukkan konsistensi harga cabai rawit merah yang tinggi. Di Pasar Tegallalang, Gianyar, harga mencapai Rp130.000 per kilogram, meningkat dari Rp110.000 pada Senin, 17 Maret 2025. Harga serupa juga ditemukan di Pasar Payangan dan Ubud, Gianyar, dengan harga Rp120.000 per kilogram. Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Tabanan, dengan harga Rp120.000 per kilogram di Pasar Tabanan, Marga, dan Kerambitan. Di Kabupaten Karangasem, harga cabai rawit merah mencapai Rp120.000 per kilogram di Pasar Amlapura Timur dan Pasar Ulakan.
Tidak hanya cabai rawit, harga bawang merah juga mengalami kenaikan. Di Pasar Kuta II dan Pasar Petang, Badung, harga bawang merah mencapai Rp45.000 per kilogram. Sementara itu, di Kota Denpasar, harga bawang merah berkisar Rp40.000 per kilogram di Pasar Kreneng, Ketapian, dan Agung Peninjoan.
Kenaikan harga ini tentunya berdampak pada daya beli masyarakat, terutama menjelang hari raya. "Harganya masih belum stabil," ujar Nyoman Murni, pedagang di Pasar Bendul, Sukawati. Kondisi ini mendorong Pemerintah Provinsi Bali untuk mengambil langkah-langkah strategis guna meringankan beban masyarakat.
Upaya Pemerintah Mengendalikan Harga
Pemerintah Provinsi Bali telah berupaya mengendalikan harga bahan pokok melalui pasar murah. Salah satu pasar murah telah diadakan di Kantor Desa Patas, Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Ketua Tim Pengendalian Harga Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali, Sri Udayani, menjelaskan bahwa pasar murah juga direncanakan di Kabupaten Bangli dan Karangasem menjelang Hari Raya Galungan pada April 2025. Sebelumnya, Pemerintah Kota Denpasar juga telah menggelar pasar murah pada 10-20 Maret 2025.
Meskipun upaya pasar murah telah dilakukan, belum ada penurunan harga cabai rawit ke harga normal sebelumnya. Kenaikan harga yang signifikan ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dan masyarakat Bali menjelang perayaan Nyepi dan Lebaran. Diharapkan, upaya pengendalian harga yang lebih intensif dapat dilakukan untuk menstabilkan harga cabai rawit dan bahan pokok lainnya di masa mendatang. Situasi ini juga menjadi pengingat pentingnya diversifikasi pertanian dan peningkatan produksi dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah.
Data dari Sistem Informasi Pangan Strategis (Sigapura) Bali di 60 pasar di Pulau Dewata menunjukkan harga cabai rawit merah yang tidak jauh berbeda dengan data yang diperoleh langsung dari pedagang. Hal ini menunjukkan konsistensi data dan menggambarkan situasi yang cukup serius terkait harga cabai rawit di Bali.