IHSG Awal Pekan Menguat, Ikuti Penguatan Bursa Asia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 1,55 persen pada Senin pagi, mengikuti tren positif bursa saham Asia dan Eropa, meskipun sentimen global masih diwarnai ketidakpastian.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) mengawali pekan dengan kinerja positif. Pada Senin pagi, IHSG dibuka menguat signifikan, mengikuti tren penguatan yang terjadi di bursa saham kawasan Asia. Penguatan ini terjadi di tengah sentimen pasar global yang masih diwarnai ketidakpastian, terutama terkait konflik Ukraina-Rusia dan potensi perlambatan ekonomi AS.
Secara spesifik, IHSG dibuka dengan kenaikan 104,22 poin atau 1,55 persen, mencapai posisi 6.364,82. Kenaikan ini juga diikuti oleh Indeks LQ45 yang naik 14,99 poin atau 2,13 persen ke posisi 718,62. Penguatan ini menunjukkan optimisme investor terhadap kinerja pasar saham domestik, meskipun sejumlah analis masih memperkirakan potensi pelemahan di hari-hari berikutnya.
Meskipun demikian, Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta pada Senin, menyatakan bahwa IHSG diperkirakan akan bergerak variatif cenderung melemah. Pernyataan ini menunjukkan adanya potensi koreksi pasar yang perlu diwaspadai oleh investor. Hal ini juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor internal dan eksternal yang memengaruhi pergerakan IHSG.
Faktor Pendorong Penguatan IHSG
Penguatan IHSG pagi ini didorong oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun luar negeri. Secara eksternal, bursa saham regional Asia mencatat kinerja positif. Indeks Nikkei (Jepang) menguat 1,02 persen, Shanghai Composite (China) naik 0,64 persen, Kuala Lumpur Composite (Malaysia) naik 0,11 persen, dan Straits Times Index (Singapura) menguat 0,20 persen. Penguatan bursa-bursa regional ini memberikan sentimen positif yang turut mendorong IHSG.
Selain itu, bursa Eropa juga mencatatkan kinerja positif pada pekan lalu. Bursa Eropa membukukan kenaikan mingguan ke-10 berturut-turut, meskipun sempat tertekan oleh rencana tarif impor baru Amerika Serikat (AS) terhadap China. Indeks STOXX 600 menutup sesi mendatar, DAX Jerman terkoreksi, FTSE Inggris naik 0,61 persen, dan CAC Prancis menguat tipis. Kinerja positif bursa Eropa ini juga turut memberikan dampak positif pada IHSG.
Di sisi lain, Wall Street juga ditutup menguat pada Jumat (28/1), didorong oleh kenaikan saham teknologi. Indeks S&P 500 naik 1,59 persen, Nasdaq melonjak 1,63 persen, dan Dow Jones Industrial Average menguat 1,39 persen. Penguatan di Wall Street memberikan sentimen positif global yang turut memengaruhi pasar saham Asia, termasuk Indonesia.
Faktor Internal dan Ketidakpastian Global
Meskipun demikian, sejumlah faktor internal juga perlu diperhatikan. Hari ini, akan dirilis data inflasi Indonesia untuk periode Februari 2025. Konsensus memperkirakan penurunan inflasi dari 0,76 persen (yoy) menjadi 0,4 persen (yoy). Data inflasi ini akan menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pergerakan IHSG.
Di sisi lain, ketidakpastian global masih menjadi perhatian. Pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy yang berakhir tanpa kesepakatan menambah ketidakpastian terkait konflik Ukraina-Rusia. Ketidakpastian ini, ditambah dengan kekhawatiran inflasi tinggi dan perlambatan ekonomi AS, dapat memengaruhi sentimen investor dan berpotensi menyebabkan koreksi pasar.
Secara keseluruhan, pergerakan IHSG pada awal pekan ini menunjukkan respon positif terhadap kinerja bursa regional Asia dan Eropa. Namun, investor perlu tetap waspada terhadap potensi koreksi pasar yang dapat terjadi akibat sejumlah faktor internal dan eksternal, termasuk data inflasi dan ketidakpastian global.
Data inflasi Indonesia yang akan dirilis hari ini menjadi faktor penting yang perlu dipantau. Perkembangan konflik Ukraina-Rusia dan kondisi ekonomi AS juga akan terus memengaruhi sentimen pasar. Oleh karena itu, investor disarankan untuk melakukan analisis yang cermat sebelum mengambil keputusan investasi.