Inisiatif Damai AS-Rusia: Upaya Akhiri Perang Ukraina Ubah Geopolitik Eropa dan Asia Pasifik?
Inisiatif damai AS-Rusia untuk konflik Ukraina berpotensi mengubah peta geopolitik Eropa dan Asia Pasifik, menimbulkan implikasi signifikan bagi berbagai negara, termasuk Indonesia.

Perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung hampir dua tahun, kini memasuki babak baru dengan munculnya inisiatif damai yang digagas Amerika Serikat (AS) bersama Rusia. Upaya ini, menurut Darmansjah Djumala, Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri, berpotensi mengubah lanskap geopolitik Eropa dan Asia Pasifik secara signifikan. Pertemuan antara Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, dan Menlu Rusia, Sergey Lavrov, di Riyadh, Arab Saudi pada Februari lalu, yang dimediasi oleh Pangeran Mohammad bin Salman, menjadi titik awal dari inisiatif ini.
Djumala menjelaskan bahwa kesepakatan AS-Rusia, jika tercapai, dapat melemahkan dukungan militer AS, Uni Eropa, dan NATO untuk Ukraina. Hal ini dikarenakan setiap negara anggota Uni Eropa memiliki kepentingan yang berbeda-beda, terutama terkait ketergantungan energi dari Rusia dan kedekatan geografis dengan negara tersebut. Akibatnya, Ukraina yang selama ini bergantung pada dukungan ketiga pihak tersebut, akan menghadapi situasi yang lebih sulit.
Dampak dari inisiatif damai ini akan terasa dalam dua dimensi geopolitik utama. Pertama, di Eropa, manuver AS dan Rusia yang mengesampingkan Ukraina dalam negosiasi akan membuat Uni Eropa merasa kurang dilibatkan dan bahkan dirugikan. Kedua, di Asia Pasifik, inisiatif ini berimplikasi pada perimbangan kekuatan di kawasan, mengingat prioritas AS yang bergeser dari Eropa ke Asia Pasifik untuk menghadapi China.
Dampak Geopolitik di Eropa
Djumala memaparkan bahwa pendekatan AS kepada Rusia jelas akan memperlemah posisi Ukraina dalam konflik. Hal ini dapat mempercepat berakhirnya perang, namun dengan konsekuensi yang merugikan bagi Ukraina. AS menyadari bahwa soliditas dukungan Uni Eropa untuk Ukraina kurang kokoh karena perbedaan kepentingan masing-masing negara anggota. Dengan melemahnya dukungan dari AS, Uni Eropa dan NATO, Ukraina akan menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mempertahankan diri.
Perubahan posisi AS yang mendekat ke Rusia akan secara signifikan mengubah keseimbangan geopolitik di Eropa. Dukungan AS, yang selama ini menjadi pilar utama bagi Ukraina, akan berkurang, sehingga mengubah dinamika kekuatan di kawasan tersebut. Hal ini akan berdampak besar pada stabilitas dan keamanan di Eropa.
"Pendekatan AS ke Rusia ini jelas memperlemah posisi Ukraina, yang membuat perang Rusia-Ukraina bisa lebih cepat berakhir," ujar Djumala.
Dampak Geopolitik di Asia Pasifik
Di Asia Pasifik, inisiatif damai AS-Rusia memiliki implikasi yang cukup signifikan terhadap perimbangan kekuatan di kawasan. AS, yang selama ini fokus pada kebijakan "membendung China", mungkin akan mengalihkan sebagian besar perhatiannya ke Asia Pasifik jika konflik di Ukraina berakhir. Hal ini akan memperkuat strategi AS dalam menghadapi pengaruh China yang terus berkembang.
Pembentukan aliansi AUKUS, pembukaan kantor penghubung NATO di Tokyo, dan kerjasama militer trilateral AS-Jepang-Filipina merupakan bukti nyata dari upaya AS untuk membendung pengaruh China di kawasan. Jika AS berhasil merangkul Rusia dan mengurangi dukungannya kepada Ukraina, maka AS dapat lebih fokus menghadapi China di Asia Pasifik.
Dengan berakhirnya perang di Ukraina, AS dapat mengalokasikan lebih banyak sumber daya, baik militer maupun ekonomi, untuk menghadapi China di Laut China Selatan dan Selat Taiwan. Hal ini akan meningkatkan tensi geopolitik di Asia Pasifik dan memerlukan perhatian serius dari negara-negara di kawasan, termasuk Indonesia.
"Pada titik inilah situasi politik dan keamanan di kawasan Asia Pasifik akan menjadi lebih dinamis yang memerlukan perhatian ekstra serius dari negara-negara di kawasan, termasuk Indonesia. Kalkulasi kepentingan Indonesia di bidang politik, ekonomi dan militer terhadap dua negara kuat, AS dan China, di kawasan ini perlu dilakukan secara cermat dan hati-hati," pungkas Djumala.
Kesimpulannya, inisiatif damai AS-Rusia untuk menyelesaikan konflik Ukraina memiliki potensi untuk mengubah secara mendasar peta geopolitik, baik di Eropa maupun Asia Pasifik. Indonesia, sebagai negara yang memiliki kepentingan strategis di kedua kawasan, perlu mempertimbangkan implikasi dari perkembangan ini dan menyesuaikan strategi politik, ekonomi, dan militernya dengan cermat.