Investor Dorong Penerapan AI Luas di Perusahaan
Survei PwC mengungkapkan 73% investor meminta perusahaan menerapkan solusi AI secara luas untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan keuntungan, seiring optimisme ekonomi global namun tetap waspada pada risiko siber dan geopolitik.
Investor Global Desak Penerapan AI
Sebuah survei terbaru dari PwC Global Investor Survey 2024 menunjukkan tren menarik: sebanyak 73 persen investor ingin perusahaan yang mereka danai menerapkan kecerdasan artifisial (AI) secara menyeluruh. Survei ini melibatkan 345 investor dari 24 negara, memberikan gambaran global tentang ekspektasi investor terhadap peran AI dalam bisnis.
Ekspektasi Tinggi terhadap AI
Para investor tak hanya sekadar meminta adopsi AI. Sebanyak 66 persen berharap perusahaan dapat meningkatkan produktivitas lewat AI dalam waktu satu tahun. Angka yang hampir sama (63 persen) menantikan peningkatan pendapatan, dan 62 persen memproyeksikan peningkatan keuntungan. Wes Bricker, Global Assurance Leader PwC US, menekankan bahwa investor menginginkan hasil nyata dari AI generatif dalam waktu dekat, dan menyadari bahwa hal tersebut membutuhkan investasi pada sumber daya manusia, peningkatan keahlian, dan teknologi yang tepat.
Faktor Penggerak Perubahan Bisnis
Survei juga mengungkap faktor-faktor utama yang menurut investor akan membentuk lanskap bisnis ke depan. Perubahan teknologi menjadi pendorong paling signifikan (71 persen), diikuti regulasi pemerintah (64 persen), perubahan preferensi pelanggan (61 persen), dan ketidakstabilan rantai pasokan (60 persen). Subianto, Chief Digital and Technology Officer PwC Indonesia, menambahkan pentingnya percepatan adopsi AI di Indonesia, mengingat transformasi digital berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Ia menyarankan investasi pada teknologi dan peningkatan keahlian karyawan secara bersamaan, ditunjang kerangka tata kelola AI yang kuat.
Optimisme dan Kekhawatiran Investor
Meskipun optimis dengan pertumbuhan ekonomi global dalam 12 bulan mendatang (51 persen responden), investor tetap memiliki kekhawatiran. Risiko siber dan konflik geopolitik sama-sama menjadi perhatian utama (36 persen masing-masing), sedikit meningkat dari tahun 2023. Kemampuan perusahaan dalam mengelola krisis pun dianggap sangat penting (86 persen responden) dalam pengambilan keputusan investasi.
Prioritas ESG dan Rantai Pasokan
Investor juga menunjukkan kepedulian terhadap isu lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Sebanyak 75 persen berencana meningkatkan investasi pada perusahaan yang menjalankan aksi nyata terkait iklim, terutama membangun rantai pasokan berkelanjutan (80 persen dukungan). Pertimbangan utama dalam menilai rencana transisi emisi nol karbon adalah tata kelola (72 persen) dan pengeluaran modal/operasional (68 persen). Integrasi ESG ke dalam strategi korporat juga dianggap penting (71 persen).
Sumber Informasi Investasi
Data di luar laporan keuangan, seperti tata kelola perusahaan dan inovasi, juga semakin dipertimbangkan investor (40 persen dan 37 persen). Investor mengandalkan berbagai sumber informasi, termasuk komunikasi investor (61 persen) dan dialog langsung (57 persen). Penggunaan laporan keuangan tradisional menurun dibandingkan tahun 2023. Kazi Islam, Global Assurance Strategy & Growth Leader PwC US, mengungkapkan bahwa AI menawarkan peluang signifikan dalam menganalisis data kualitatif yang dipublikasikan perusahaan.
Kesimpulan
Survei PwC ini menegaskan pentingnya penerapan AI bagi perusahaan untuk menarik investasi dan menghadapi tantangan masa depan. Selain teknologi, investasi pada sumber daya manusia dan tata kelola yang kuat menjadi kunci keberhasilan.