Korika: AI Dorong Produktivitas, Kuatkan Ekonomi Indonesia
Sekjen Korika ungkap potensi AI untuk tingkatkan produktivitas dan perkuat ekonomi Indonesia, namun sebut perlu dukungan SDM, infrastruktur, dan regulasi yang memadai.

Jakarta, 10 Maret 2024 - Sekretaris Jenderal Partnership Kolaborasi, Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (Korika), Sri Safitri, menekankan potensi besar kecerdasan buatan (AI) dalam memperkuat ekonomi Indonesia. Dalam diskusi Forum Wartawan Teknologi di Jakarta, beliau menjelaskan bahwa AI mampu mendorong peningkatan produktivitas secara signifikan, berdampak positif bagi perekonomian nasional. Pernyataan ini disampaikan Senin lalu.
Sri Safitri memaparkan, otomatisasi di sektor manufaktur dan logistik menjadi salah satu contoh nyata dampak positif AI. Kemampuan AI untuk mengoptimalkan rantai pasok, meningkatkan efisiensi pertanian, dan menciptakan inovasi produk dan layanan juga turut diungkit. Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa AI juga berpotensi menciptakan lapangan kerja baru.
Namun, implementasi AI di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan. Kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang memahami AI menjadi kendala utama. Minimnya program studi AI di perguruan tinggi Indonesia, hanya dua universitas yang memiliki program studi khusus AI, menjadi sorotan. Selain itu, infrastruktur digital yang belum merata, kecepatan internet yang tidak konsisten, dan pusat data yang terpusat di kota-kota besar juga menghambat perkembangan AI.
Tantangan Implementasi AI di Indonesia
Kurangnya pendanaan riset dan pengembangan AI juga menjadi perhatian serius. Sri Safitri menyoroti ketertinggalan Indonesia dibandingkan negara-negara ASEAN lain seperti Malaysia, Vietnam, dan Filipina dalam hal anggaran riset AI. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan signifikan dalam investasi riset dan pengembangan di bidang ini.
Regulasi yang belum matang dan ketersediaan data yang belum optimal juga menjadi tantangan. Sri Safitri menyarankan kolaborasi erat antara pemerintah dan industri untuk mendorong riset dan inovasi AI. Ia juga menekankan pentingnya payung hukum yang melindungi keamanan siber dan data publik, serta etika AI yang jelas.
Peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan AI di sekolah dan universitas, serta program beasiswa, juga menjadi solusi yang diusulkan. Hal ini penting untuk memastikan Indonesia memiliki tenaga kerja yang terampil dan siap menghadapi era AI.
Dukungan Pemerintah dan Swasta
Senada dengan Sri Safitri, Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan, Insaf Albert Tarigan, mengakui pentingnya regulasi sebagai pendukung perkembangan AI di Indonesia. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemerintah menyadari pentingnya peran regulasi dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan AI.
Kesimpulannya, AI memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui peningkatan produktivitas. Namun, keberhasilan implementasi AI bergantung pada upaya bersama pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan dalam mengatasi tantangan SDM, infrastruktur, pendanaan, dan regulasi. Kolaborasi dan komitmen dari semua pemangku kepentingan sangat krusial untuk mewujudkan potensi AI bagi kemajuan Indonesia.
Pemerintah perlu meningkatkan investasi dalam riset dan pengembangan AI, serta menciptakan regulasi yang mendukung inovasi dan melindungi data publik. Sementara itu, sektor swasta perlu berperan aktif dalam mengembangkan dan mengimplementasikan teknologi AI, serta berinvestasi dalam pelatihan dan pengembangan SDM.